17 March 2017

Shane Filan Belum Move On

Shane Filan ke Indonesia lagi! Kayaknya ini udah ke-satu juta sembilan ratus dua puluh lima ribu kali dia ke sini. Dan tetep aja, semua orang selalu excited kalo dia datang. Meskipun udah kesekian kalinya, ini pertama kalinya gue nonton konser dia, thanks to Creative Disc, again. 


Ini salah satu konser yang bikin berasa jadi horang kayah, berhubung semuanya duduk dan dapat minum! Nikmatnya~
Gue, Jeni dan Jess memutuskan untuk duduk di barisan paling belakang, biar kalo bosen duduk, kami bisa berdiri tanpa ngalangin orang di belakang kami. Sebelum konser dimulai, distel lah lagu-lagu Westlife yang bikin perih perih nyes gimana gitu. Lanjut diplay cuplikan video-video Westlife di layar besar. Akhirnya Shane tampil ke panggung dengan membawakan sebagian besar lagu Westlife. Ini hati belum sepenuhnya sembuh loh atas bubarnya Westlife. Masih ada bagian yang lecet dan luka, eh kali ini ditabur garam!


Entah berapa kali gue harus nahan nangis, membayangkan lagu-lagu yang biasanya dibawain berempat, kali ini dibawain sendirian. Untungnya gue manusia kuat. Air mata gak berhasil tumpah. Penonton di depan gue ngotot untuk berdiri di atas bangku. Masa gue cuma nontonin bokong orang?! Akhirnya gue juga memutuskan berdiri di atas bangku, meskipun lutut sedikit tremor dan gak berani gerak. God forgive me for what I have sinned.
Bonus. Liam si Manajer Galak Menggemaskan
Yang bikin hati perih ini makin perih, ada bagian-bagian lagu Westlife bernada tinggi, yang cuma Mark yang bisa nyanyiin, tapi kali ini nadanya direndahin sama Shane. Mark aku manaaa?! Di panggung, Shane beberapa kali ambil tongsis penonton dan norak di atas panggung. Seterah, Shane, seterah! Gembiraaaaa waktu Knee Deep in My Heart dibawain. Track solo Shane favorit gue, ya itu! Gue juga masih belum paham kenapa World of Our Own harus dibawain dua kali. My Love, You Raise Me Up dan Flying Without Wings menyulitkan usaha gue untuk nahan nangis, but I managed to survive somehow!


Entah Shane belum move on dari Indonesia atau emang belum move on dari Westlife, anggap saja ini belum move on yang Alhamdulillah!

08 March 2017

This Friend.

Several days ago, I found out that my best friend is suffering from depression and anxiety. I didn't know it was a real thing, until this nightmare slaps me right on the face. And heart. Real hard.

This friend.

Yang paling sering ketawa kencang saat ngumpul? Dia.
Yang paling cerewet ngomongin hal absurd? Dia.
Yang paling sering memberi semangat untuk teman-temannya? Dia.

Yang menyangka kalo dia sakit? Nggak ada.

Di balik tawa dan kehebohannya, dia nggak pernah berbagi perasaan terdalamnya ke siapapun. Dia selalu tampak ceria, carefree, happy. That's what's scary. Her life can turn upside down in a blink of an eye.

Takut dianggap lebay, katanya.
Takut dianggap caper, katanya.
Takut dianggap nggak penting, katanya.
Karena itulah dia memilih bertopeng.

Suatu saat, dia memikirkan cara gimana dia bisa mengakhiri hidupnya.
Suatu saat, dia terjaga sepanjang malam karena takut nggak akan bangun dari tidurnya.
Suatu saat, dia selalu menyalahkan diri atas segala yang terjadi di sekitarnya.
Suatu saat, dia memikirkan apa yang salah dengan dirinya.
Suatu saat, sekujur tubuhnya gemetar, napasnya berat, pandangannya gelap, rasanya sudah waktunya dia akan pergi. Saat itulah dia sadar, serangan panik itu datang lagi.

Jangan suruh dia berdoa, karena itu tentu sudah dia lakukan jutaan kali.
Jangan bilang dia berlebihan, karena itu pernyataan yang paling dia takutkan. Ketidak pedulian.
Jangan ingatkan dia bahwa ada masalah yang lebih besar di dunia ini. Dia tahu.

Dengar. Dukung. Dekap.
Hanya itu yang dia butuhkan dari orang terkasih.
Dengarkan seluruh curahan hati yang ingin dia bagi.
Dukung dia untuk melakukan apapun yang membuatnya bahagia.
Dekap dia saat dia merasa seluruh dunia melawannya.

This friend.

She should know that she is not alone. 
She is important.
She is loved.

04 March 2017

When in Singapore

Untuk pertama kalinya, gue jalan-jalan ke luar negeri, sendirian. Singapura. Cemen banget? Terlalu dekat? Emang! Tapi ini pertama kalinya gue ke luar negeri sendirian, so it was a big deal for me! Terakhir ke sana tahun 2008, masih bocah, sama rombongan pula. Keliling Singapura pake baju samaan, masih norak deh! Anggap aja kali ini latihan keberanian keliling negara orang sendirian sebelum ngebolang di Jepang 2018 nanti. Tadinya sih agak takut nggak dibolehin emak pergi sendirian, eh ternyata emak kalem!
Tujuan utama gue sih untuk nonton konser perpisahan Yellowcard, jadi gue nggak begitu menentukan bakal pergi ke mana aja. Gue cuma sibuk browsing gimana gue bisa bertahan hidup di sana. Mulai dari EZ-link dan Singapore Tourist Pass (STP), jalur MRT dan bus, sampe di mana beli SIM Card hape beserta harga paketnya.

Soal EZ-link dan STP, gue memutuskan nggak beli, karena gue emang nggak berencana ke banyak tempat, jadi mendingan beli tiket reguler aja. Lebih murah. Kalo udah sering naik Commuter Line di Jabodetabek, pasti udah ahli deh soal beli tiket dan baca peta rute MRT! Soal SIM Card hape, gue coba tanya-tanya di bandara, ternyata harga paling murah itu $38. No thanks. Nggak rela beli SIM Card hampir setengah jeti. Akhirnya gue bertahan, dan setelah sampai di Chinatown, gue beli di minimarket, SIM Card khusus turis seharga $15, kuota 4GB dengan masa berlaku 5 hari. Cukup banget buat gue yang kere hanya empat hari di sana.
Cute capsule dorm room!
Gue nginep di Capsule Pod Boutique Hostel. Di booking.com, hostel berbentuk dorm ini ratingnya paling tinggi, so I'm sold. Cuma $91 dolar untuk 3 malam, cukup mahal, tapi worth it banget untuk hostel ini. Bersih. Minuman gratis. Aman, karena ada access card untuk buka pintu utama, pintu kamar, pintu kamar mandi, sampe loker. Tempat tidurnya, dayum. Ada blindfold juga biar tidur jeleknya gak terekspos. Sempet jiper karena gue dapet bunk bed bagian atas, jadi harus manjat-manjat dulu kalo mau tidur. Oh iya, hostel ini juga strategis banget. Ke stasiun MRT? Tinggal nyebrang. Mau ngemall? Tinggal nyebrang ke Chinatown Point. Keliling Chinatown? It's next door! 

Day 1
Ada kejadian memalukan waktu gue baru sampe hostel. Bookingan gue ada masalah, jadi diurusin dulu sama staff hostel. Kemudian, ini terjadi.
Staf: "Can I have your number?"
Gue: *Nyebutin nomer hape yang baru beli di minimarket*
Staf: "No, your booking number."
Gue ketawa sok asik. Padahal dalam hati terluka. Sejak itu gue bertekad akan seminimal mungkin ngelewatin meja resepsionis!
Di hari ini gue puas-puasin nongkrong di Clarke Quay dan Chinatown. Jam mall udah mau tutup, gue menyempatkan diri makan SUBWAY. Salahkan Ji Eun Tak di Goblin. Dia hobi banget nongkrong di SUBWAY, gue jadi kepo dong! Congrats, iklan kalian berhasil.
Sibuk dadah dadah ke perahu yang lewat di sungai
Chinatown
Day 2
Ini hari penuh warna! Dimulai dengan drama keluar dari hostel, ternyata sepatu gue nggak ada. Berasa sendal jepit dicolong waktu solat jumat! Duduklah gue di tangga depan hostel, mikirin apa gue mau pake sendal jepit yang gue bawa aja, apa beli sepatu. Datanglah staf yang kemarin nanya nomer gue. Mungkin dia trenyuh liat gue masih pagi udah lesu duduk di tangga. Atau dia trenyuh nolak nomer hape gue kemarin.
Staf: "Hey why are you sitting here? Let's come inside."
Gue: "I think I lost my shoes."
Dia sedikit kaget.
Staf: "Have you searched everywhere?"
Gue: "Yes. It's okay I think I'm gonna buy the new ones."
Staf: "Here?"
Lah ternyata ada lemari rak sepatu yang gue kira cuma hiasan dinding dong! Di sanalah sepatu gue ditaro! Waelaaaah~

Setelah mata jelalatan di Sephora Vivo City dan akhirnya beli gincu Kat Von D (sedih liat Jeffree Star gue cuma temenan sama Mirabella di kotak make up)(sombong)(sok kaya)(padahal dikasih), gue ke Sentosa Island. Niatnya emang ngalor ngidul aja di kawasan pantai yang nggak kayak pantai itu. Di Palawan Beach, gue nggak mau sepatu kemasukan pasir, jadi gue menghindar, dan masuk dari belakang, area hutan. Tembus ke bebatuan tepi laut. Saat lagi duduk santai, di depan gue ada pasangan yang lagi make out! Astagfirullah gue zinah mata! Gue berusaha nggak salting dan nggak penasaran ngeliatin. Tapi mata ini sungguh nakal. Tak tertahankan, mata ngelirik ke pasangan yang lagi ena itu. Eh kami bertemu pandang, mereka berhenti dan ketawa. Waelaaaaaah~
Palawan Beach
Setelah bosen di Palawan Beach, gue menuju Siloso Beach, cuma buat cek ombak. Bosen ngeliatin mbak-mbak pake stiletto di pantai, gue perlu banget cari toilet! Akhirnya gue ngelewatin toilet, dan lambang petunjuknya nggak begitu jelas. Whatever. Gue kebelet. Kebetulan toilet itu kosong. Waktu lagi melakukan urusan, gue denger ada orang siul-siul masuk toilet. Gue mulai nervous. Gue nggak pernah denger cewek siul-siul di toilet umum. Beberapa detik kemudian, ada suara cowok ngobrol. Syit. Gue yakin salah masuk toilet. Akhirnya gue diem dulu di dalam bilik, nunggu toilet kosong supaya gue bisa kabur keluar. Saat kondisi udah aman, langsung gue keluar, dan di depan pintu masuk toilet, ada cleaning service. "Sorry, miss, this is for male." Dan di situ ada lima orang cowok yang nyengir salting. Gue lebih salting! Langsunglah gue melesat ke stasiun monorel, berharap nggak ketemu mereka lagi. 
Resorts World Sentosa. Bersiap untuk Yellowcard!
Malamnya, YELLOWCARD!!!

Day 3
Ini hari tertepar. Tak berdaya. Lemah. Gue bangun jam 11 pagi, saat kamar dorm gue lagi dibersihin. Cuma ke Mustafa Center sebentaran untuk beli cokelat buat adek, abis itu balik hostel lagi. Bobok lagi.
Di hari yang nggak ada faedahnya ini, gue mengalami satu momen kebanggaan.
Saat mau masuk kamar mandi, ternyata kamar mandinya lagi dibersihin.
Gue: "Can I use the bathroom?"
Cleaner: *Ketawa salting. Ternyata dia nggak bisa Bahasa Inggris.*
Gue: "Keyi bu keyi?" (Udah bisa belum?")
Cleaner: "Bu keyi. Meiyou." (Nggak bisa. Belum.)
Gue: "Xiexie."
Entah pengucapan gue bener apa nggak, tapi minimal mereka ngerti. Nggak sia-sia setahun belajar Bahasa Mandarin waktu kuliah, dan 3 semester itu selalu dapet A. Laoshi, I hope I've made you proud.

Day 4
Hari kepulangan. Berhubung hari sebelumnya terbuang sia-sia, hari ini gue bertekad jalan, sebelum flight gue di sore hari. Gue memutuskan ke Gardens by the Bay. Jam 6 gue cus dari hotel, langit masih gelap! Yaelah ini mah udah jam macet di Jakarta! Selama gue di sana, matahari baru terbit sekitar jam 7 pagi, dan terbenam sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan di MRT, cukup seneng liat kehidupan sehari-hari masyarakat tetangga. Orang-orang yang berangkat kerja dan sekolah. Sampe di Gardens by the Bay, masih gelap, dan nggak ada orang sama sekali! Gue sempet takut, tapi gue berusaha menyemangati diri. "Look! You have this place all by yourself! You're special!" Jadilah gue keliling sendirian, dengan rasa sedikit merinding. Berhubung masih gelap, gue nggak berani masuk ke bagian yang banyak pohon. Mulai tenang saat matahari udah terbit dan mulai banyak petugas taman yang melakukan maintenance dan orang olahraga pagi.
My private place. Tepat sebelum lampu-lampu dimatikan
Sunrise

Pulanglah gue ke tanah air, dengan perasaan sedih karena gue harus kembali menghadapi kejamnya kehidupan ibukota dan pinggirannya. Bener, perjalanan pulang dari Cengkareng ke Bekasi cuma butuh waktu 4 jam, pemirsa!