23 October 2017

Gedung Baru Perpustakaan Nasional RI: Canggih!


"Perpustakaan tertinggi di dunia."

Begitu kata artikel-artikel berita tentang gedung baru Perpustakaan Nasional. Nah, sebelum nonton konser Taeyang kemarin, gue menyempatkan diri mampir ke Perpusnas. Lokasinya di Jl. Medan Merdeka Selatan, pas depan Monas, tetanggaan sama Balaikota. Sampai di sana, gue terpesona! Beneran nggak seperti perpustakaan dalam bayangan gue yang remang-remang dan bau apek. Ini adem, bersih dan wangi. Sayangnya gue cuma punya dua jam untuk menjelajahi Perpusnas ini, jadi yang gue lihat terbatas banget. Anyway, gue belum pernah ke Perpusnas versi lama, jadi gue nggak tahu apa bedanya sama yang baru. Berikut beberapa bagian yang sempat gue kunjungi hari itu.


Museum

Perpustakaan ini terdiri dari dua gedung. Di gedung pertama ini semacam museum berisi foto-foto dan kitab bersejarah.

Museumnya modern dan adem. Museum ini berisi tentang sejarah pustaka di Nusantara, juga beberapa huruf tradisional berbagai daerah. Di museum ini ada speaker yang menjelaskan tentang isi museum, dan yang di tengah itu semacam layar interaktif tentang sejarah pustaka. Nggak ada kesan jadul di museum ini.


Ada taman yang menyambungkan gedung pertama dan gedung kedua, si gedung tertinggi. Nongkrong sore di sini sepertinya enak. Sayangnya gue ke sini pas lagi panas seksi, jadi nggak bisa nongkrong kece menikmati udara Jakarta.

Di dalam gedung baru setinggi 24 lantai ini, gue nggak berasa di Indonesia saking kerennya. Lift dan eskalatornya memadai, di tiap lantai ada petugas yang sangat helpful, juga disediakan kursi roda untuk yang membutuhkan. Gue takjub lihat rak buku setinggi 3 lantai (atau 4? Lupa.) di tengah gedung ini.

Pendaftaran Anggota dan Loker


Di Lantai 2, kita bisa daftar jadi anggota Perpusnas. Di sini disediakan banyak komputer, jadi nggak usah berebutan yes. Isi data di komputer itu dan kalo udah selesai, bakal keluar nomor antrian di alat kecil yang ada di setiap komputer. Kalo kita udah jadi anggota Perpusnas, kita juga bisa akses e-library Perpusnas loh! Jadi nggak perlu jauh-jauh ke Jakarta kalo lagi butuh buku tapi nggak bisa ke mana-mana.

Setelah itu tunggu nomor antriannya dipanggil untuk foto dan verifikasi data. Ada layar dan speaker yang bakal manggil nomor antrian, jangan sampai kelewat. Gue datang di jam ramai, jadi waktu gue terbuang setengah jam hanya untuk daftar keanggotaan. Nantinya kita dikasih kartu anggota yang berlaku selama 10 tahun.

Di lantai ini juga disediakan loker untuk nitip barang. Waktu itu gue bawa ransel, jadi gue harus titip tas. Di dekat pintu masuk, ada petugas yang bakal ngasih kunci loker, kita tinggal cari aja nomor yang sesuai, taro barang, bawa kuncinya, jangan sampai hilang. Kalau bawa laptop, kita bakal dipinjamkan tas bening untuk nenteng laptop keliling Perpusnas. 

Fasilitas Lansia, Difabel dan Anak


Di Lantai 7, ada ruangan khusus lansia dan difabel. Perpusnas ini memang nyaman banget untuk segala kalangan. Di rak-raknya ada handle besi untuk pegangan, juga banyak buku dan ensiklopedia berhuruf Braille. Jangan khawatir, di setiap ruangan pasti ada petugas yang siap membantu, termasuk di ruangan ini.

Meja baca. Masih sepi!






Pilar-pilar itu berisi dongeng rakyat loh!
Di lantai yang sama, ada ruangan khusus anak-anak. Selain buku anak-anak, di ruangan ini juga disediakan mainan dan panggung kecil untuk anak-anak tampil. Untuk masuk ke ruangan ini, kita harus buka alas kaki, jadi pastikan kakinya wangi ya! HA!

Panggung mini
Area Bermain
Di area anak-anak ini juga ada Taman Anak, jadi mainnya nggak cuma di dalam ruangan. Sayangnya waktu gue ke sini, pintu menuju taman ini terkunci! :(

Ruang Koleksi Audiovisual


Ini mungkin salah satu ruangan yang paling bikin gue amazed. Ruangan ini berisi beragam pemutar audio dan visual, kayak VCR atau apapun player jadul itu. Disediakan juga beragam CD dan DVD film dan musik. Genre filmnya beragam, mulai dari dokumenter sampai film horror. Girang banget waktu gue nemu boxset Star Trek di sini! Soal musik juga nggak kalah seru. Di sini juga ada studio musik dan mini teather loh!

Mulai dari Westlife...
Sampai TVXQ!

Koleksi Buku
*heavy breathing*
Di Lantai 23, ada Layanan Koleksi Mancanegara dan Majalah Terjilid. Koleksinya cukup banyak, tapi nggak bisa gue bilang lengkap. "Majalah Terjilid" pun belum ada. Yah mungkin karena baru sebulan diresmikan, jadi koleksinya juga masih dalam proses perbaruan berkala.

Rak koleksi mancanegara ini dibagi per wilayah. Untuk wilayah yang ngehits kayak Amerika, Eropa Barat, Asia Timur, atau Australia, koleksinya cukup banyak. Sayangnya, koleksi buku untuk negara-negara Timur Tengah, Eropa Timur atau beberapa negara di Asia Tenggara kayak Laos dan Myanmar, raknya sepi!

Gue lagi keranjingan cari tahu tentang Korea Utara. Nah, di sini koleksi buku Korea Utaranya cukup banyak loh! Bahkan banyak buku jadul asli terbitan Pyongyang. Setahu gue, kalau di fasilitas terbuka kayak di lantai ini, buku yang mau dibaca silakan ambil sendiri, silakan baca, tapi saat selesai baca, jangan kembaliin sendiri ke raknya. Taro aja di meja yang disediakan, biarkan para Pustakawan yang ngembaliin bukunya ke rak, karena deretan buku di rak itu ada teknik tertentu.

Nah, di beberapa lantai yang berfasilitas tertutup, untuk baca bukunya, kita harus minta bantuan Pustakawan untuk diambilkan bukunya, jadi nggak boleh sembarangan. 

Salah satu area yang wajib dikunjungi adalah rooftop di lantai 24. Waktu itu, gue berniat ke rooftop saat Perpusnas udah mau tutup aja, biar nggak terlalu panas dan silau. Nah, keasyikan baca buku, tiba-tiba ada pengumuman Perpusnas akan ditutup, jadi semua pengunjung diminta pulang. Sosad! Yaudah, harus puas foto-foto di lantai dua aja. Lumayan, bisa sambil liat Monas!


Buat yang pengen ke Perpusnas, please ingat peraturan dasar perpustakaan: Jangan berisik! Silakan kalo mau foto-foto, tapi plis nggak usah pake cekikikan heboh.

Walau baru diresmikan satu bulan, Perpusnas ini udah melampaui ekspektasi gue, dan ke depannya pasti bakal lebih bagus. Semoga semua orang punya kepedulian untuk menjaga Perpusnas ini, biar tetap bagus! Salah satu hal yang gue sayangkan waktu itu adalah pintu daruratnya. Saat mau pindah ke lantai yang nggak terlalu jauh, gue memilih lewat tangga daripada nungguin lift yang lama. Eh ternyata di beberapa lantai, pintunya terkunci! :(

Edit 20 Maret 2018

Akhirnya ke Perpusnas lagi untuk kedua kalinya, dan ternyata udah banyak perubahan.
1. Loker sekarang letaknya di lantai satu.
2. Jam operasional Senin-Kamis diperpanjang jadi sampai 18.00, Jumat-Sabtu tetap sampai 16.00. Mayan, bisa lihat sunset!
3. Balkon di Lt. 24 udah nggak boleh untuk umum.
4. Setiap mau masuk setiap lantai koleksi, harus nunjukin kartu member Perpusnas atau kartu identitas.
5. I HATE THE ELEVATOR OMG! Gue ngabisin sekitar 10 menit cuma untuk turun dari Lt. 23. Keselnya, misalnya ada lift yang turun dari Lt. 24, eh Lt. 23 dilewatin dong, liftnya nggak berhenti. Jadi yah untung-untungan aja. Bisa sih lewat tangga darurat, tapi lutut rusak juga ya harus turun 23 lantai.

15 October 2017

Taeyang White Night in Jakarta: Kesurupan BIGBANG


"Belum bisa nonton BIGBANG yang asli, nonton yang KW aja dulu."

Begitu post instastory gue waktu boy group Indonesia, B Force, membawakan Bang Bang Bang di Music Bank. Siapa sangka celetukan iseng gue bisa separuh terwujud? Hari berikutnya, gue mendadak nonton G-Dragon. Sebulan kemudian, gue nonton Taeyang.

Seperti yang pernah gue bilang, gue suka banget BIGBANG, tapi nggak familiar sama lagu-lagu solo membernya. Untungnya sebelum nonton Taeyang, gue bisa bersiap dengerin lagu-lagunya, biar nggak buta banget kayak waktu nonton G-Dragon. Tau Taeyang bakal bawain lagu BIGBANG, gue malah fokus nontonin BIGBANG. Ekspektasi gue jadi tinggi banget, berharap konser Taeyang bakal heboh kayak BIGBANG atau minimal seseru G-Dragon kemarin. Ternyata gue salah. Konser Taeyang nggak seheboh itu. Bukannya buruk ya, cuma berbeda dari ekspektasi gue, karena lagu Taeyang memang sebagian besar selow, bukan buat jejingkrakan.

Taeyang membawakan Ringa Linga sebagai lagu pembuka, juga lagu solo Taeyang yang gue dengarkan pertama kalinya saat sering diputar di TV zaman dahulu kala. Nggak hafal lirik, minimal gue tau "Reng goreng goreng, reng goreng goreng~" Anyway, di konser ini, semua penontonnya duduk. Bagus sih, jadi rapi, tapi hampa banget nggak sih, nonton konser nggak pake jejingkrakan? Penontonnya pasif banget, cuma teriak-teriak sambil duduk. Saat penonton yang di depan berdiri, yang belakang marah. Apa serunya? :( Ada saat Taeyang teriak "Jump! Jump!" Eh penonton masih betah duduk. Damn I was NOT going to miss the moment. Gue langsung lompat-lompatan berdua sama sesama reporter di sebelah gue. Bernuansa putih sesuai temanya, "White Night", Taeyang beberapa kali pergi ke balik panggung untuk ganti luaran yang selalu berwarna putih dengan model berbeda, dari cardigan biasa sampe jaket model kemoceng. Menurut gue, dia agak terlalu sering ninggalin panggung, jadi kehebohannya kepotong-potong. Di awal, baru tiga lagu, dia udah pergi ke balik panggung. Berasa nanggung.

Suara Taeyang jernih banget astaga! Ada beberapa sesi akustik, suaranya makin merasuk jiwa raga, nempel di hati. Saat Taeyang bawain Good Boy, gue udah nggak mikirin perasaan penonton belakang. Konser itu saatnya lo beraksi seheboh mungkin, bukan cuma duduk kalem macam nonton di laptop. Lagi-lagi gue dan reporter di sebelah langsung berdiri dan jejogetan. Btw, gue seneng karena Bahasa Inggris Taeyang fasih, jadi gue ngerti semua kata dia. Waktu konser G-Dragon, gue sosad karena nggak ngerti dia ngomong apa. Gue merasakan baper maksimal saat Taeyang ngebawain Last Dance. Pertama, karena gue belum pernah nonton konser BIGBANG. Kedua, karena gue harus nunggu beberapa tahun sampai mereka lulus wajib militer dan comeback. Sempat berhenti dan ngulang dari awal karena kuncinya nggak cocok, gue berasa duet sama Taeyang nyanyiin lagu ini.
A post shared by Sheyla Ashari (@sheylamcf17) on

Gue histeris, lupa dunia akhirat saat Taeyang ngebawain Bang Bang Bang dan Fantastic Baby. Sepanjang dua lagu ini, gue lompat dan jejogetan seheboh mungkin, nyanyi sekeras mungkin walau nggak hafal liriknya. Iyalah, ngafalin lagu berbahasa Inggris aja gue susah, apalagi Bahasa Korea?! Dua lagu ini berasa bikin malam gue jungkir balik. Yang tadinya adem aja selama nonton, di dua lagu ini, gue semacam kesurupan dan saat selesai, gue ngos-ngosan dan mandi keringat. Worth it! Yang bikin baper, suara GD, TOP, Seungri dan Daesung terdengar membahana. Belum bisa ketemu, minimal bisa dengerin suara mereka di speaker besar.


Tata panggung konser kali ini nggak jauh beda sama konsernya dua tahun lalu. Soal setlist juga nggak jauh beda, cuma beberapa diganti buat bawain lagu-lagu dia dari album baru. Ini kedua kalinya gue nonton konser solo Taeyang. Konser solo pertamanya di Jakarta ternyata lebih seru dibandingkan yang  ini. Yang dulu, Taeyang sempat ngasih sepatu bertanda tangan ke penonton yang beruntung, ngajak seorang fans naik ke panggung untuk dinyanyiin, dan nggak pake baju saat bawain Eyes Nose Lips. Kali ini nggak banyak fan service yang dia kasih, apalagi adegan buka baju. Min Hyo Rin lokal sedih! :(
Taeyang dan "Taeyang"
Kalo tulisan ini seolah menyiratkan konser White Night Taeyang kurang seru, ingatlah, wahai manusia, konsep "kurang seru" bagi Taeyang adalah konsep "di atas rata-rata" konser yang biasa gue tonton.