20 December 2019

Kilas Balik Traveling 2019

Tahun 2019 adalah tahun tergila gue soal banyak hal. Pertama, gue memutuskan untuk ikut kursus Bahasa Korea di Korean Cultural Center di Jakarta. Namun saat di Level 2, gue memutuskan berhenti karena jadwal akhir tahun yang begitu padat. Kedua, 2019 jadi tahun terbanyak gue nonton konser K-pop, bahkan sampai nonton di Singapura dan Seoul. There goes my money... Ketiga, yes, gue gila traveling. Dalam sebulan, gue bisa sampai dua kali ke luar negeri. Kayaknya gue kesurupan setan sok tajir. Beberapa orang bahkan selalu memulai pembicaraan dengan gue di aplikasi chatting dengan pertanyaan, "Lagi di Indonesia nggak? Sampai kapan?" Segitu sibuknyakah gue? Gue bingung harus nulis apa di blog ini, tapi kali ini gue ingin meninggalkan jejak soal traveling gue di tahun 2019. 

MALAYSIA

Di tahun 2019, gue rajin banget ke Malaysia. Ada beberapa daerah yang gue kunjungi di Malaysia: Kuala Lumpur, Langkawi, Ipoh dan Penang.

Kuala Lumpur

Colmar Tropicale
Berhubung gue ada rezeki lebih, di bulan Februari, gue jalan-jalan di Kuala Lumpur bareng Mama dan Adek gue. Di sini, kami ke beberapa tempat wajib kayak Petronas Tower, Colmar Tropicale dan Dataran Merdeka. Karena traveling kali ini bareng Mama, tentu dong kami berkegiatan keluar-masuk mall.

Langkawi


Gue penasaran sama Langkawi waktu nonton acara TV Korea, 'Leaving the Nest' yang dibintangi Chani SF9. Dengan tema perjalanan 'Liburan Manja', gue lebih banyak gegoleran di kamar hotel, baru beredar di sore hari karena matahari Langkawi yang ada seribu. Di Langkawi, gue ke Dataran Lang, landmark utama pulau Langkawi, sambil mencari sisa DNA Chani. Gue juga mimik-mimik lucu sendirian di sebuah kafe pinggir pantai di Pantai Cenang. Tenang, bukan minuman memabukkan kok, tapi mengembungkan. Gue pesan jus mangga dengan harapan dapat minuman buah mangga segar, eh ternyata malah dikasih sirup mangga! Kzl. Yang paling seru, gue naik Langkawi Cable Car buat naik ke gunung Mat Cincang. Cable Car ini katanya yang paling curam di dunia, lho! Gue juga berjalan di Langkawi SkyBridge, jembatan gantung atas gunung terpanjang di dunia, yang embusan anginnya sempat bikin pusing karena takut jembatannya rubuh.


Langkawi SkyBridge
Ipoh



Gue jatuh cinta sama kampung halaman White Coffee ini! Begitu ke luar stasiun, gue langsung kagum sama bangunan-bangunan tua di Ipoh yang cantik banget. Ipoh merupakan kota kecil yang suasana sejarahnya masih terasa banget. Nyasar di gang-gang kecil aja terasa menyenangkan.


Pemandangan di luar stasiun

Penang


Kek Lok Si
Kali ini gue berkeliling Penang sama Umam. Kayaknya di perjalanan kali ini, kegiatan kami adalah 25% makan, 25% foto-foto, 50% curhat. Kami mengunjungi beberapa tempat, kayak Penang Hill (harus beli tiket Fast Lane buat ngantri naik kereta ke atas bukitnya kalo nggak mau masa muda terbuang di antrean), Kek Lok Si Temple (yang ternyata bagus banget!) dan yang terseru, The Top Komtar. Di The Top ini, kami nongkrong memandang Penang dari lantai 68. Kami juga sok berani, gelantungan di lantai 65. Awalnya sih gue takut banget sampe lidah terasa pahit dan kelu, tapi lama-lama, seru juga, yes. 


The Gravityz

===

SINGAPURA


Jewel
Di Bulan Juli, gue ngajak Mama lagi untuk liburan bareng. Selain mengunjungi tempat-tempat padat penduduk kayak Merlion, Orchard, Pulau Sentosa, Marina Bay, Haji Lane, dan Bugis, kegiatan kami adalah keluar-masuk toko. 

Fort Canning Park

Kini, Singapura sudah nggak terasa seperti tempat liburan bagi gue karena gue lebih sering ke Singapura buat nonton konser, jadi seringnya hanya menginap satu atau dua malam. Di tahun 2019, ada dua artis yang konsernya gue tonton di Singapura: Troye Sivan di bulan Mei dan DAY6 di bulan Oktober. Di bulan Mei, gue menginap di Singapura agak lebih lama, jadi gue sempat melanglang buana. Gue ke Museum Nasional yang ternyata jadi tempat terfavorit gue di Singapura! Jika nanti gue ke Singapura lagi, gue bakal full wisata museum aja, karena museum-museum di Singapura tuh keren dan seru!

===

JEPANG

Di tahun 2019, gue dua kali ke Jepang: Musim Panas bersama Rima dan Musim Gugur bersama Adek. Kalo soal Jepang sih, gue nggak bakal pernah bosan. Gue bercita-cita untuk mendatangi semua wilayah di Jepang. Mari aminkan. 

Tokyo


Sensoji
Rikugien
Tokyo merupakan kota yang ramenya gila banget, apalagi di jam pulang kerja. Gue heran bagaimana orang Jepang bisa berjalan dengan cepat di stasiun yang begitu ramai tanpa saling tabrakan. Gue berkali-kali harus meminta maaf karena terus menabrak orang, padahal gue udah jalan dengan konsentrasi penuh. Di Tokyo, tempat tujuan gue dan Rima tentu seperti orang kebanyakan: Shibuya, Shinjuku, Ueno, dll. Gue juga akhirnya ketemuan sama Taichi, teman internet gue. Di Tokyo, gue dan Rima menemukan cinta baru: Monjayaki. Kami juga menemukan es krim terenak sedunia: Creamia. Lapak Creamia banyak tersebar di berbagai penjuru Jepang. Kami sampai bikin mitos, kalo lewat lapak Cremia, pamali kalo nggak beli!
Penguasa Shinjuku
Fujisan Area


Kawaguchiko Music Forest
Hananomiyako
Selama tiga hari, kami bertamu ke tempat-tempat sekeliling Fujisan seperti Kawaguchiko, Fujiyoshida dan Hakone. Sayangnya kami salah musim. Fujisan tertutup awan. Hiks! Walau nggak bertemu Fujisan, kami dapat pengalaman-pengalaman yang bikin baper banget! Di Hananomiyako, saat kedinginan menanti bus di pinggir jalan, sopir bus di seberang jalan memberhentikan busnya, memastikan apakah kami menunggu di tempat yang benar. Di Fujiyoshida, kami menginap di sebuah hostel milik sebuah keluarga yang bikin gue dan Rima berasa di rumah sendiri. Kami juga naik kapal ala bajak laut di Hakone! Sok-sokan berdiri di luar, ternyata malah masuk angin.


Berlayar di Lake Ashi
Ninja Village

Yokohama


Sankeien
Yokohama adalah sebuah kota pelabuhan cantik, kota terbesar kedua di Jepang setelah Tokyo. Di Yokohama ada tempat namanya Red Brick Warehouse yang bergaya Eropa. Ada juga area Yamate dan Motomachi yang penuh bangunan rumah bersejarah ala Eropa, yang sayangnya nggak sempat kami kunjungi. Kami ke Sankeien, sebuah taman besar. Di sana, untuk pertama kalinya gue ikutan acara tea ceremony Kanagawa University berkat kebaikan sang pemandu wisata, Nishimura-san. Yuk baca ceritanya di sini.


Red Brick Warehouse

Kawagoe


Starbucks lucu
Kawagoe disebut juga 'Little Edo' karena bangunannya masih asli peninggalan zaman Edo. Tempat-tempat wisata di Kawagoe ini unik, karena kebanyakan terletak di tengah perumahan warga. Jadi sambil jalan kami, bisa tuh sambil bertamu. Wk. Di Kawagoe, ada Starbucks yang desain tempatnya unik banget!

Odaiba



Gue nggak berekspektasi tinggi sama Daiba, karena tujuan kami ke sana hanya untuk masuk teamLab Borderless. Ternyata tempat ini cantik banget! Sejak di atas kereta, gue udah takjub sama pemandangannya yang cantik. Bisa-bisanya, di Jepang tapi ada patung Liberty! Di sini juga ada patung Gundam raksasa yang jadi pujaan banyak orang. Yang paling gue suka waktu ke Daiba adalah gedung Fuji TV! Di sini mata gue kegirangan lihat replika latar salah satu dorama favorit gue, Confidence Man JP. Boku-chan!!! Pokoknya area Fuji TV membangkitkan kehaluan gue dah! Jadi pengen nungguin Irie-kun di tangga depan gedung! :(


Replika apartemen Dako, Boku-chan dan Richard.
Kyoto


Eikando Temple
Higashiyama District
Kali ini gue ke Kyoto dan Osaka sama Adek, yang ternyata teman traveling terbaik gue! Di Kyoto, tentunya wajib banget dong bertandang ke kuil-kuil, seperti Eikando yang punya "Night Illumination" setiap malam, Fushimi Inari dengan Torii merah yang ngehits itu, Kiyomizudera yang bikin otot betis meronta... Kami juga ke Arashiyama Bamboo Grove yang penuh manusia, juga ngemil keripik di sungai dekat jembatan Togetsukyo. Karena Adek gue pecinta sashimi, wajib banget untuk ke Nishiki Market, nyobain sashimi yang masih segar. Kata si Adek sih enak banget dan itu jadi makanan terenak selama dia di Jepang. Apalah aku si lidah norak yang akhirnya melipir ke lapak es krim matcha di sebelah. Di hari terakhir Adek di Kyoto, kami nyobain Musashi Sushi, katanya sushi conveyor belt terenak di Kyoto yang letaknya di gedung Stasiun Kyoto. Pesanan gue? Yep, you guessed it. Cuma nasi dan telur dadar! Dasar norak!


Aku ngiler. Tapi nda suka :(

Osaka


Osaka Castle, beserta penjaganya
Jajan lagi! Sungguhlah, perjalanan gue bersama Adek ini penuh dengan jajan. Kami ke Osaka cuma buat menghamburkan yen di lapak jajanan di Dotonbori, setelah menjelajahi Osaka Castle. Sejak nyobain Takoyaki di Dotonbori, gue jadi malas untuk makan Takoyaki di Indonesia karena takut kecewa! :(


Dotonbori

Okayama


Pemandangan Okayama Castle dari Korakuen
Ngaso di pinggir kali
Dengan perasaan hampa karena si Adek udah pulang duluan, gue melipir ke Okayama, sebuah prefektur di wilayah Chugoku. Berjarak hampir 300 km, gue cuma perlu waktu 40 menit ke Kota Okayama naik Shinkansen Nozomi, Shinkansen tercepat di Jepang. Okayama ini perpaduan antara Jepang dan Eropa, karena di zaman perang dulu, prefektur Okayama adalah salah satu tempat mendarat pertama kapal-kapal asal Eropa. Uniknya, Okayama masih punya tram sebagai salah satu transportasi utama di kota. Di Kota Okayama, gue ke Korakuen, satu dari tiga taman terindah di Jepang. Taman ini memang luas banget dan berhadapan langsung sama Okayama Castle. Menurut selera gue sih, banyak taman yang lebih indah dari Korakuen. Dari Kota Okayama, gue lanjut ke Kota Kurashiki, yang ternyata jadi favorit gue! Di Kurashiki Historical Quarter ini ada sebuah kanal yang jernih banget, sampe banyak ikan yang hidup di dalamnya. Menyusuri kanal ini, gue berasa lagi syuting film Jepang bertema sejarah dah!

Kurashiki si cantik
===

KOREA SELATAN

Di tahun 2019, gue juga dua kali mengunjungi Korsel. Yang pertama di awal Musim Panas, yang kedua di akhir Musim Gugur. Buat gue, Korsel, apalagi Seoul, suasananya paling enak buat nongkrong lucuk, karena banyak banget kafe-kafe lucu. Bahkan setiap beberapa meter, pasti ada kafe! Juga buat penggila K-pop kayak gue, Seoul tentu jadi surga buat nyari artis!

Demiliterized Zone/Joint-Security Area


Ini tentu area yang paling gue tunggu untuk gue kunjungi. Garis terdepan perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Bahagia banget karena gue nggak cuma bisa ke DMZ, tapi juga ke JSA, perbatasan negara yang penjagaannya paling ketat sedunia. Cerita detail pengalaman gue di DMZ dan JSA sudah gue tulis di sini.

Gapyeong: Nami Island, Petite France, Garden of Morning Calm

Jadi model dadakan

Garden of Morning Calm dari atas bukit
Nami Island jadi destinasi wajib di Korsel sejak boomingnya drama 'Winter Sonata', yang sebenarnya belum pernah gue tonton. Wk. Yang kedua ada Petite France, area dengan bangunan-bangunan lucu ala Prancis. Areanya nggak begitu besar, jadi keliling setengah jam aja mungkin cukup. Personally, gue nggak begitu suka Petite France. Yang ketiga adalah tempat yang jadi favorit gue, Garden of Morning Calm. Area taman ini besar banget dan berbeda-beda di setiap bagiannya. Favorit gue adalah "Pond Garden". Selain  karena ini bagian tercantik, kolam ini adalah tempat syutingnya drama 'Love in the Moonlight' yang dibintangi Park Bogum (cintaku) dan Kim Yoojung. Di drama, kolam ini jadi tempat terfavoritnya sang Pangeran Mahkota Park Bogum Yang Kucintai Setulus Hati.


Kolam Park Bogum
Seoul Music Festival

CIX
Waktu lagi duduk nyantai di Dongdaemun, gue melihat sebuah layar besar yang berisi iklan Seoul Music Festival di Gwanghwamun Square. Bintang tamunya banyak, ada Astro, CIX, juga NCT Dream adik-adik kesayanganku. Banyak juga artis lainnya. Saat gue cari di Google, ternyata kelas bagian depan panggung bisa gue beli hanya dengan harga 70 ribu rupiah! Yay!

HaHa
Di Hari H, setelah tukar tiket, gue syok karena bisa nontonin NCT Dream yang lagi gladi resik. "Serius gue bisa ketemu mereka segampang ini?!" Namun area dekat panggung harus dikosongkan, jadinya gue dan puluhan NCTzen rela nonton dari seberang jalan. Begitu NCT Dream selesai dan balik ke tendanya, kami lari-lari nyeberang lampu merah untuk mendekat ke tenda mereka sambil meneriakkan nama mereka. Gue tahu itu norak, tapi beneran deh, rasanya senang dan seru banget! Yang paling random, kami fangirling massal di tengah demo politik! Wk. Di acara malam hari, yah nggak usah ditanyalah ya gimana girangnya gue akhirnya bisa nonton acara musik langsung di Korea. Yang pasti, "Jisung-ah! Saranghae!!!!"

Entertainment Agencies

SMTown Museum
Bersilaturahmi sama para oppa di agensi mereka tentu wajib jadi agenda utama seorang K-popper di Korea. Gue mengunjungi beberapa agensi yang artisnya gue suka, seperti SM Entertainment, YG Entertainment dan FNC Entertainment. Ada cerita mendebarkan hati.

Foto spanduk FT Island, bonus Rowoon. Haru-yaaa!
FNC Entertainment merupakan favorit gue karena artisnya paling banyak gue sukai (CNBLUE, FT Island, N.Flying, SF9, Honeyst). Nah, gue ke FNC Ent dengan harapan bertemu FT Island karena saat itu mereka lagi comeback. Saat lagi sibuk motret spanduk promosi FT Island, ada cowok berkaus putih keluar dari gedung FNC Ent. Gue menatap cowok itu, cowok itu menatap gue. Gue ngeblank. Saat cowok itu udah dekat ke mobilnya, otak gue baru nyala. Itu Rowoon, member SF9! Gue langsung tersenyum canggung sambil mengangguk pelan, Rowoon juga membalas senyuman gue. KYA! Saat Rowoon udah pergi dan detak jantung gue udah normal, gue memutuskan beranjak. Baru berjalan beberapa meter, gue berpapasan dengan cowok berkaus dan bertopi hitam. Jarak kami kurang dari satu meter, literally sebelahan banget. Gue terus memandang wajah cowok itu. Lagi-lagi ngeblank. Nggak bermaksud creepy, tapi gue terus ngeliatin dia sampai dia akhirnya masuk ke gedung FNC Ent. Otak gue akhirnya berfungsi lagi. Itu Jaeyoon SF9!!! Dari situ, gue makan siang di SM Restaurant, trus entah kenapa perasaan gue kuat banget untuk kembali ke FNC Ent lagi. Di sore itu, ternyata udah banyak mobil yang parkir di depan agensi, sepertinya mau ada acara. Karena takut dikira penguntit, gue jajan susu pisang di minimarket depan agensi. Di minimarket itu, gue ketemu tiga cewek berdandan cukup tebal. Gue yakin itu Cherry Bullet, karena kalo trainee, dandanannya nggak bakal seheboh itu, dan kalo AOA, gue pasti langsung sok akrab! Gue memutuskan minum susunya di depan minimarket. Di tegukan pertama, eh ada mobil yang berhenti di depan FNC Ent. Turunlah seorang cowok. TERIMA KASIH, ALAM SEMESTA! Itu Youngbin, leader SF9! Hari itu rezeki gue sungguh melimpah.

SBS The Show

SBS Prism Tower
Again, sebagai pecinta K-pop, wajib banget nyobain nonton acara musik di TV Korea. Setiap hari ada music show berbeda di beragam stasiun TV, tapi orang harus ngantri dari subuh. Aku ndak sanggup! Tiket SBS The Show paling mudah didapatkan karena dijual. Wk. Bintang tamu setiap episode nggak dikasih tahu sampai hari syuting, jadi emang agak sulit nonton sama grup yang kita idolakan. Tak apalah, karena dua kali gue nonton The Show, MC-nya ada Jeno NCT, jadi hanya padanya harapanku bertumpu. Selama di dalam studio, penonton secara ketat dilarang ngeluarin ponsel, apalagi motret atau ngerekam. Cukup seru sih lihat proses syuting sebuah acara musik, yang ternyata nggak sesederhana yang dilihat di TV (di YouTube, kalo kasus gue). Gemes banget ngeliatin Jeno sibuk ngafalin skrip atau nari-nari sendiri saat artis lain lagi tampil.

Di kali pertama gue nonton The Show, yang menang adalah Everglow dengan lagunya, 'Adios'. Di kali kedua, yang menang adalah Victon dengan lagu 'Nostalgic Night'. Kemenangan Victon ini paling bikin gue baper, karena mereka pake nangis-nangis heboh. Ternyata ini adalah kemenangan pertama mereka di music show setelah debut tiga tahun yang lalu. Bahagia banget bisa menyaksikan langsung momen bersejarah buat Victon ini.

Bisa nyapa artis!
Begitu acara selesai, gue nggak langsung pulang. Gue ngikutin orang lain untuk segera ke bagian belakang SBS Prism Tower, karena banyak artis yang bakal lewat sana. Walau gue nggak kenal sebagian besar artisnya, senanglah bisa ngeliatin artis dari dekat! Wk.

Seoul

King Sejong, pencipta aksara Korea modern
Di sela-sela ngalor-ngidul ngafe asyique gue di Seoul, gue tentu mengunjungi beberapa tempat wisata seperti Gyeongbokgung Palace, Bukchon Hanok Village, Insadong, Itaewon dan National Folk Museum. Gue juga bersilaturahmi sama papa mertua di restoran Hwang's Eel milik bapaknya Kang Minhyuk! Kya!

Hwang's Eel/Museum CNBLUE
===

Untuk tahun 2020, gue berniat mulia untuk cuti traveling.

Tapi sih bulan Oktober tahun depan gue bakal ikutan open trip ke Korea Utara dan Cina. Akhirnya! Nggak sabar menginjakkan kaki di Pyongyang, kota impian gue saat ini! 

20 October 2019

DMZ-Panmunjom, Perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan


Mungkin beberapa dari kalian sadar bahwa gue sering posting soal Korea Utara di media sosial. Sejak tahun 2017-an, gue memang mulai keranjingan belajar soal Korea Utara dan sejarah perang Korea, juga penasaran sama kehidupan warga Korut. Entah kenapa sih gue jadi suka banget. Mungkin kokoro gue tersentuh soal cerita orang-orang terkasih yang harus terpisah karena perang. Mereka masih di satu negara, lalu perang terjadi, mendadak mereka harus terpisah, nggak boleh ketemu, nggak boleh berkomunikasi, juga menjalankan kehidupan yang sepenuhnya berbeda.

Walau intensitas posting gue soal hubungan Korut-Korsel mulai berkurang, ketahuilah, kegiatan gue setiap malam sebelum tidur selain nonton drakor adalah baca artikel-artikel berita terbaru tentang hubungan kedua negara. Nggak heran, berhubung belum mampu ke Korea Utara, Demiliterized Zone (DMZ) adalah salah satu destinasi yang ada di tingkat teratas bucket list gue. 

Di awal musim gugur 2019, saat gue akhirnya berpijak di Seoul, gue tentu menyempatkan diri mampir ke DMZ. Bukan cuma DMZ, gue juga ke Joint Security Area (JSA)! Meskipun semangat ngeblog gue lagi rendah banget, gue akan berusaha nulis, karena setiap detail pengalaman ini terlalu berharga untuk gue lupakan.

Perjuangan Mencari Agen Perjalanan
Gue sempat pesimistis karena JSA (Panmunjom) sulit banget untuk didatangi turis sejak kejadian tentara Korut kabur lewat JSA beberapa tahun silam. Hampir semua paket tur hanya menawarkan perjalanan ke DMZ, nggak sampai JSA. Korail juga punya program DMZ Train yang jalurnya dari Stasiun Yongsan ke Stasiun Dorasan, stasiun paling ujung Korsel yang berdekatan dengan Korut. Naik DMZ Train adalah Plan B gue, andaikan memang nggak bisa ke JSA. Namun gue pantang menyerah. 

Di sebuah grup traveling di Facebook, gue menemukan agen perjalanan bernama Panmunjom Travel Center (PTC). Mereka salah satu dari sedikit agen perjalanan yang punya izin untuk masuk ke JSA. Cus! Gue langsung email mereka untuk nanya-nanya proses ikutan turnya.

Sebulan sebelum perjalanan, gue diminta untuk submit scan paspor, beberapa data yang diperlukan dan link Facebook. Yes, sampe ditanyain Facebook! Jadi semua yang akan ke JSA harus lulus uji background check dulu. Makanya selama sebulan gue nungguin kabar approval macam nunggu kabar lulus audisi Indonesian Idol. Seminggu sebelum gue berangkat ke Seoul, surat cinta datang. Gue diterima! Yay!

Di email, gue dikasih informasi tentang beberapa hal yang harus gue setujui, misalnya:
1. Peraturan soal pakaian. Pengunjung harus berpakaian sopan. Dilarang pakai celana pendek, sandal, jins bolong, rok mini, dsb. 
2. Lensa kamera nggak boleh lebih dari 90 mm. Berhubung gue cuma jagoan kamera hp, aman!
3. Anak-anak yang ikut harus lahir di bawah tahun 2008. Gue nggak bawa anak. Aman!
4. Di hari perjalanan, paspor harus selalu dibawa karena akan selalu diperiksa oleh United Nations Command (UNC). No problem.
5. Dilarang motret atau ngerekam video sembarangan. Harus nunggu aba-aba dari pemandu, di mana tempat yang boleh dipotret, mana tempat yang dilarang.
6. Dilarang memberikan reaksi apa pun ke tentara Korut. Kalau ketemu, kita harus berlagak cuek. Dilarang senyum, menyapa, apalagi ngajak foto bareng.
7. Ada kemungkinan JSA mendadak ditutup untuk umum tanpa pemberitahuan. Nah ini dia yang agak bikin khawatir. Gue udah berharap ke JSA, kalo gagal, kan perih kokoro akutuh! Mahal pula! Perihnya dobel!

Persiapan Keberangkatan
Gue beruntung karena markas PTC adalah di Hotel Koreana, cuma berjarak satu kilometer dari hostel tempat gue menginap di daerah Jonggak. Kali ini gue rela bangun saat hari masih gelap dan jalan ke Hotel Koreana saat matahari baru terbit dengan udara pagi awal musim gugur yang agak bikin menggigil. Tiba di Lantai 8, udah ada beberapa orang yang berkumpul, tapi kantor travelnya masih tutup!

Hadeh.

Beberapa menit kemudian, petugasnya datang sambil minta maaf. Kami langsung membentuk barisan untuk daftar ulang dan bayar biaya perjalanannya. Biayanya 140.000 won, sekitar 1,7 juta rupiah. Mahal. Tapi kurela. Setelah dibagikan nomor bangku, kami menuju ke bus yang udah nunggu di depan hotel, dan berangkat tepat jam 8 pagi.


Tag harus selalu dipakai selama tur
Perjalanan dengan Bus
Di perjalanan ini, kami ditemani dua petugas (tiga, sama sopir). Satu pemandu perjalanan (Jinah) yang menjelaskan semua hal dengan berbahasa Inggris. Yang satunya mantan Warga Negara Korea Utara (Runa) yang berbagi pengalaman hidupnya. Setelah dijelaskan sedikit soal sejarah perang Korea, diadakanlah sesi tanya-jawab di bus. Serius, gue pengen nanya banyak hal, tapi sayangnya sesi ini kurang seru. Runa menjawab dalam bahasa Korea dan kemudian diterjemahkan oleh Jinah. Nah, jawaban Runa biasanya pendek-pendek dan terjemahan Jinah juga pendek, bahkan kadang nggak sesuai dengan jawaban Runa. Runa kabur dari Korut melalui Tiongkok sejak suaminya wafat. Kata Runa, dia masih bisa ngirim uang untuk keluarganya di Korut melalui agen di Tiongkok. Waktu baru datang di Korsel, seperti defector lain, dia harus melewati beberapa prosedur, seperti interogasi untuk memastikan dia bukan mata-mata, juga proses pelatihan untuk bisa berbaur di Korsel (dan dunia). Menurutnya, yang paling sulit adalah soal bahasa, karena di Korsel, bahasanya sudah tercampur dengan bahasa Inggris, sedangkan di Korut bahasanya masih sangat tradisional.

Yang gue perhatikan, pertanyaan orang-orang yang berasal dari negara Barat justru kebanyakan soal kengerian Kim Jong-un dan soal suramnya Korut, juga soal nuklir. Bisa diperkirakan, jawabannya template, jadi silakan cari aja di google.

Yang ingin gue ketahui bukan itu. Gue lebih ingin tahu soal sisi lain Korut yang jarang diceritakan media. Jadilah gue nanya,

"Apa sih kenangan bahagiamu saat tinggal di Korea Utara?"

Saat gue mau memberikan pertanyaan kedua, eh gue dipotong, cuma boleh nanya satu kali. Padahal bapak di depan boleh nanya berkali-kali. Hiks! Apakah karena pertanyaan gue... Ah sudahlah.

Runa bilang, "Kenangan terbahagiaku adalah saat Kim Il Sung masih hidup. Hidupku terasa mudah." Sekian. Cuma itu. Bukan hal detail seperti yang ingin gue ketahui.

Saat memasuki gerbang daerah perbatasan, bus kami berhenti di pos pemeriksaan. Dua tentara naik untuk memeriksa paspor kami. Khayalan gue hanya satu, "Siapa tahu yang meriksa itu Kang Minhyuk!" Dasar fangirl halu!

DMZ ini areanya sepi banget (yaiyalah!) dan masih dikelilingi hutan dan sawah. Di bagian luar hutan-hutan di DMZ selalu diberi pembatas yang melarang siapa pun masuk, karena masih banyak ranjau darat aktif yang belum ditemukan. Kami juga sempat melewati gerbang tol Kaesong, kota industri di Korea Utara. Dulunya, gerbang tol ini masih aktif dipakai untuk bolak-balik kendaraan industri karena banyak pekerja Korsel yang kerja di pabrik Korsel di Korut. Namun saat ketegangan kedua negara meningkat beberapa tahun silam (gue pengen banget nyebutin tahunnya, tapi selalu nggak ingat!), Korsel menutup pabrik-pabriknya di Korut dan gerbang tol itu ditutup, hanya dilewati Kim Jong-un untuk ke DMZ di Summit tahun 2018 lalu.

Imjingak


Freedom Bridge
Imjingak jadi tujuan pertama. Taman ini rame banget, penuh dengan bus dan turis yang suka berisik teriak-teriak. Ugh! Di sini ada Freedom Bridge. Di tahun 1953, jembatan ini jadi tempat dikembalikannya hampir 13 ribu orang tawanan Perang Korea setelah perjanjian gencatan senjata. Di gerbang ujung Freedom Bridge dan di pagar-pagar pembatas digantung pita berisikan pesan-pesan yang kebanyakan bertuliskan, "Nanti kita ketemu lagi, ya." Ugh sedih!


Banyak lubang bekas peluru
Di sini juga ada kereta uap yang udah nggak dipakai sejak zaman perang. Ada juga pilar-pilar yang bolong-bolong karena bekas peluru.



The Third Infiltration Tunnel



Terowongan bawah tanah yang digali Korut untuk menyerang titik-titik penting di Korsel. Sejauh ini, baru empat terowongan yang sudah ditemukan. Gue nggak ikutan masuk ke terowongan ini, jadinya gue cuma foto-foto area luar aja, sambil baca-baca papan penjelasan yang disediakan soal terowongan ini dan sejarah ditemukannya. Di area taman, masih banyak turis berisik yang bahkan nyabutin taneman! Kzl nda u?!

Dorasan Observatory



Siapin tenaga yang banyak untuk ke tempat ini! Kita harus jalan menanjak beberapa ratus meter dari parkiran bus. Otot betisku meronta! Di tempat ini kita bisa melihat Korea Utara, lho! Disediakan juga teleskop buat "ngintip" area terluar Korut. Namun kita pasti bingung mana area Korsel dan mana area Korut karena memang nggak ada pembatas yang jelas. Dari sini, kita bisa melihat bendera Korut terbesar yang letaknya di Kijongdong, desa palsu sebagai alat propaganda. 


Mana Utara, mana Selatan?
Fakta seru: Korsel dan Korut punya yang namanya "Perang Bendera" lho! Mereka adu tinggi tiang bendera. Saat Korsel nambah ketinggian tiang, Korut juga nambahin. Saat ini, tiang bendera Korut lebih tinggi. Ketinggian tiang bendera ini bakal terus bertambah, mungkin sampai surga.

Dorasan Station



"Not the last station from the South, but the first station toward the North."

Andaikan Utara dan Selatan tak terpisah, kita bisa lho naik kereta dari Korea sampai Eropa. Stasiun ini terasa seperti stasiun biasa, kecuali banyak tentara berseragam perbatasan kayak di film-film. Dipamerkan juga foto-foto pertemuan Moon Jae-in dan Kim Jong-un di Inter-Korean Summit, juga sekilas cerita usaha AS untuk membantu perdamaian Korut-Korsel.

Makan Bulgogi


Berasa lagi mudik
Kami mampir di sebuah restoran, rasanya tuh kayak mampir makan saat mudik ke Jawa. Sayangnya aja nggak ada sambel ulek. Di awal perjalanan, kami disuruh memilih Bulgogi atau Bibimbap. Semua sepakat milih Bulgogi. Tempat duduk udah diatur sesuai nomor kursi di bus, dan gue duduk berempat bareng satu cowok Prancis yang masih teler akibat jetlag, satu cowok Polandia yang chatty banget dan satu bapak Kanada yang keturunan Korea. Kami makan sambil ngobrol soal negara masing-masing. Gue seneng deh sama bapak Kanada ini yang tahu banyak soal Indonesia, padahal belum pernah ke Indonesia. Dia tahu soal makanan dan bahasa Indonesia yang banyak terpengaruh Belanda. Dia juga tahu, kalo ke Bali, nggak usah ke Kuta! Dia malah bercita-cita main golf di Bintan.

"Gue agak takut makan bulgogi. Di Polandia, kalo ada ngambang-ngambang di kuah ini, berarti makanannya dicampur bahan kimia berbahaya," kata si cowok Polandia. Padahal itu lemak daging! Hadeh.

Usai makan siang, ini dia bagian yang paling dinantikan. JSA! Hari itu, kami sungguh beruntung karena itu hari pertama JSA dibuka lagi setelah berminggu-minggu ditutup. Sungguh rezeki.

Camp Bonifas


Bus UNC
Bus kami sempat parkir agak lama di luar Camp Bonifas karena kami harus menunggu kawalan dari tentara UNC. Kami dilarang foto-foto apalagi turun dari bus. Di area ini berdiri bendera 16 negara yang dihormati karena membantu Korsel saat perang Korea. Di area halaman Camp Bonifas ini ada tiga tempat ibadah. Gereja Katolik, Gereja Protestan dan Kuil Buddha. Katanya, itu satu-satunya kuil di dunia di mana orang yang mau ibadah nggak perlu melepaskan alas kaki. 

Saat tentara naik ke bus dan ngasih tahu peraturan dasar untuk keliling JSA, kami menuju Camp Bonifas untuk kemudian nonton video berdurasi 15 menit. Sebelum video dimulai, kami diminta menandatangani surat persetujuan. Isinya sih kurang lebih untuk menaati semua peraturan dan siap menerima segala risiko. Setelah nonton video, pengunjung dibagi dalam dua kelompok untuk kemudian naik dua bus yang berbeda. Kali ini, busnya adalah milik UNC, bukan bus yang kami naiki seharian ini. Pemandu kami nggak bisa ikutan karena warga negara Korsel harus melewati prosedur berbeda untuk ke JSA. Di bus ini, kelompok gue dipandu sama tentara UNC asal Amerika Serikat, yang gue lupa namanya. Untungnya tentara ini bercerita dengan gaya santai banget, dan sering ngelawak! Kan akunya girang~

Menuju JSA, kami kayak lewat jalanan berawa dan kosong tempat jin buang anak, berasa mau ke Batu Raden. Setelah melewati 2 pos pemeriksaan, akhirnya kami sampai di JSA! KYAAAA!!!!

Freedom House


Halaman depan Freedom House
Masuk ke Freedom House, suasana mulai tegang karena memang sepi. Saat kami datang, lagi ada pergantian tentara. Walau suasana tegang, hati gue girang akhirnya bisa ke sini! Dari dalam Freedom House, udah keliatan tuh gedung biru yang biasanya ada di berita. Di sini kami disuruh berbaris dan tetap berkelompok. Kelompok pertama akan diajak ke rumah biru duluan, kelompok kedua akan diajak ke jembatan biru tempat Moon Jae-in dan Kim Jong-un bercengkrama dulu.


Pergantian petugas
Area Panmunjom


Bangunan di belakang itu adalah Pos Pantau Korut
Pertama, kami mengunjungi pohon perdamaian yang ditanam kedua pemimpin negara, dengan tanah dan air yang berasal dari kedua negara. Agar pohon ini hidup sepanjang tahun, UNC harus mendatangkan tukang kebun khusus. Pohon ini juga dijaga oleh seorang tentara, lho! Oke, ini pohon paling sakral di dunia! Di panmunjom ini ada jalur komunikasi antara Utara dan Selatan, karena area ini memang netral. Setiap hari, Selatan "nelepon" ke Utara untuk memastikan salurannya tetap aktif. Sayangnya, Utara nggak pernah menjawab. Berasa chatting tapi di-read doang, yes?! Btw, di area Panmunjom ini sama sekali nggak ada sinyal.


Tongkrongan Pak Moon dan Pak Kim. Bonus tentara pemandu di JSA
Kedua, kami diajak ke jembatan biru tongkrongan Moon Jae-in dan Kim Jong-un. Beberapa titik area di dekat jembatan ini dilarang difoto, jadi cuma boleh foto-foto jembatannya aja. Jadi di ujung jembatan ini ada meja dan bangku yang dibeli di IKEA. Awalnya, ini disediakan hanya untuk properti foto pimpinan kedua negara di Inter-Korean Summit. Tanpa dijadwalkan, ternyata Pak Moon dan Pak Kim beneran ngobrol di sana. Selesai acara, meja dan bangku itu akan disingkirkan, tapi pihak Korut minta area itu dijaga baik-baik karena bekas didudukin sang pemimpin. Jadilah, 24/7 ada tentara yang berdiri, setia menjaga meja dan bangku.

Blue Buildings


Bangunan di belakang itu Freedom House milik Korut
Ini dia highlight dari segala highlight gue di Korsel! Berjajar lima (mungkin) bangunan. Tiga bangunan berwarna biru yang merupakan milik UNC, dua bangunan berwarna abu-abu milik Korut. Yang boleh dimasuki turis tentunya yang milik UNC. Gilasih perasaan gue campur-aduk buat masuk ke bangunan biru ini. Bangunan yang biasanya cuma gue lihat di berita, kini gue datangi langsung! Sebenarnya, ini bangunan sementara yang berfungsi sebagai tempat berdiskusi kedua negara, yang rencananya akan dibongkar saat perang berakhir. Yah tapi sampai sekarang perangnya belum berakhir, jadi gedung ini juga panjang umur.


Hello from the North!
Saat masuk ke T2, salah satu gedung biru, kami diceritakan sedikit soal kejadian-kejadian seru yang pernah terjadi di sana. Di tengah ruangan ada sebuah meja besar dan di kedua sisi meja itu ada mikrofon. Mikrofon itu nyala sepanjang waktu dan merekam semua pembicaraan yang ada di ruangan itu. Makanya di dalam ruangan itu, kami dilarang untuk berkomentar politik. Kabel mikrofon ini letaknya tepat di perbatasan Utara dan Selatan. Makanya... GUE AKHIRNYA KE KOREA UTARA!

Yes, karena melewati batas kabel itu, gue secara teknis berdiri di tanah Korea Utara.


Undakan di sana itu namanya MDL (Military Demarcation Line), pembatas antara Utara dan Selatan
Waktu nonton 2 Days 1 Night episode Panmunjom, saat masuk Blue Buildings, mereka sampe diintipin tentara Korut! Saat gue ke sana, sayangnya nggak ada tentara Korut yang terlihat, apalagi yang ngintip-ngintip.



Ada satu tempat yang sangat ingin gue kunjungi, sayangnya nggak bisa karena harus mengikuti prosedur perizinan lain, jadinya kami cuma ngelewatin gerbangnya. 

Daesungdong Freedom Village
Ini satu-satunya desa di Korsel yang letaknya di area DMZ. Sekarang populasi desa ini semakin berkurang karena anak-anak mudanya memilih merantau ke kota besar. Berikut beberapa hal unik soal Daesungdong:

1. Yang boleh tinggal di sini hanyalah penduduk yang sudah ada sebelum perang Korea berlangsung, atau keturunan langsungnya.
2. Warga perempuan dilarang menikah dengan pria dari luar desa, sedangkan warga pria boleh menikah dengan wanita dari luar desa.
3. SD Daesungdong dikenal mencetak siswa-siswi terbaik di Korsel, dengan rasio guru-murid 1:1. Berasa les privat! Kalau ada acara kenegaraan, anak-anak yang diajak ya dari SD Daesungdong ini.
4. Para pria Daesungdong dibebaskan dari wajib militer.
5. Warga Daesungdong dibebaskan dari pajak.
6. Mereka disediakan lahan persawahan untuk pangan mereka sendiri.
7. Setiap jam 11 malam, ada daftar hadir. Jadinya semua warga dihitung, apakah sudah lengkap atau belum. Apakah ada "penumpang gelap" atau tidak. 

Buat yang suka pengalaman berbeda, atau sekadar tahu soal serunya hubungan Korut-Korsel, atau yang antusias banget sama sejarah perang Korea, jangan lewatkan DMZ-JSA saat kalian ke Korea Selatan! Kalo nggak pengen-pengen banget, mending nggak usah. Pertama, mahal. Kedua, pasti ada pikiran, "Ah stasiun doang," "Ini mah ruangan rapat biasa."

Untuk berkunjung ke sini, banyak banget peraturan yang harus diikuti. Bahkan soal motret, kita diatur, lho. Jangan sedikit pun melanggar peraturan, karena tindakan kita bisa punya pengaruh untuk hubungan kedua negara.

Tips: Kalau ke sini jangan lupa bawa air minum dan makanan kecil. Dasar orang Indonesia, takut kelaparan. Gue dan satu keluarga asal Indonesia bawa makanan. Gue bawa roti, mereka bawa roti, keripik dan nasi-lauk komplit! Kami jadi setrong sepanjang hari, sedangkan yang lainnya mulai mengeluh lapar waktu siang.

Tahun ini gue udah ke DMZ dari sisi Selatan, semoga tahun depan bisa ke DMZ dari sisi Utara, yes.