A Bittersweet Farewell with Yellowcard

So much sweat and tears.
I finally saw my heroes for one last time.
Beberapa bulan lalu, Yellowcard mengumumkan akan bubar. Whoa! Jadilah gue nangis lebay lagi. Patah hati untuk kesekian kalinya. Yellowcard salah satu band yang sangat berarti dalam hidup gue. Ceritanya panjang. Nah, saat Yellowcard mengumumkan kalo mereka bakal ngadain konser perpisahan di Singapura, I'm in! Selama ini kalo ditawarin liputan di Singapura, gue nggak pernah mau, because I was saving it for someone special. Akhirnya, Yellowcard was that someone special. Bilang aja kere!

Setelah seharian keliling pulau Sentosa, gue akhirnya sampai di venue dengan antrian yang menganakonda. Sebagian besar dari mereka pake kaos band-band yang familiar. "Whoa my people!" 

Setelah dapet Press ID, gue langsung ikutan ngantri beli merchandise. Bangkrut. Beli merch di luar negeri ternyata harganya dua kali lipat. But this is Yellowcard, jadi gue merelakan tabungan. Di dalam venue, gue dapet barisan kelima. Lumayaaaaan! Tapi menjelang konser, badan rasanya udah lemes banget. Kaki udah berasa mau copot dipake keliling Singapura di hari-hari sebelumnya. Ini pertama kalinya gue ngonser di luar negeri, sendirian pulak. Tapi ternyata malah bisa ngobrol sama orang-orang sebelah, dan malah ngakak sih dengerin orang ngelawak pake bahasa Melayu!

Gue mulai melupakan ketidak berdayaan kaki gue saat The Summer State tampil. Gue emang nggak sabar nonton aksi mereka juga, karena suka banget sama lagu-lagu mereka. Dan ternyata bener, kerennya omaigat! Ternyata mereka cukup terkenal di negaranya, melihat banyak yang ikutan nyanyi heboh. Oh iya, sebelum konser mulai, gue ketemu sebentar sama Edwin (bassis) dan Vic (gitaris). Gue lumayan sering ketemu Edwin, tapi saat pertama kali ketemu Vic, gue merasa sedikit starstruck! HA! Biasanya kalo opening act tampil, rasanya lamaaa banget, pengen aksi mereka cepat berakhir. Tapi itu nggak gue rasakan sama The Summer State. Gue berasa kurang lama nonton aksi mereka.

Yellowcard akhirnya tampil ke stage. Gue berasa mimpi ngeliat mereka secara langsung, meskipun ini bukan kali pertama gue nonton mereka. "Believe" jadi lagu pembuka, thank God, kalo dibawain belakangan, gue bisa nangis guling-guling. Dorong-dorongan penonton cukup parah. Awalnya gue kesel, tapi gue nggak ada waktu untuk itu. I gotta make the best of my time. Dan karena dorong-dorongan, gue jadi maju ke baris ketiga. Yeay! Seperti biasa, Sean Mackin yang jadi 'pembakar' penonton. Kalo di Dahsyat, mungkin dia itu koordinator yang ngajak orang joget-joget. Baru berapa lagu, baju gue udah basah kuyup! Ryan Key bilang, dia mau semua orang pulang dari konser itu dengan suara yang habis, dan itu juga jadi tekad gue. Kaki yang tak berdaya tadi udah bisa lompat-lompat heboh. Nyanyi sekeras-kerasnya sampe tenggorokan gue sakit. Headbang sampe gegar otak. Gue lupa di lagu apa, gue berasa berkunang-kunang setelah headbang terlalu kencang. Gue pikir "This is it. I'm gonna die. At least I die happy."

Gue kira bakal banyak kesedihan di konser ini. Ternyata nggak. Gue baru ingat rasa sedih waktu Ryan Key dan Sean Mackin bawain "Empty Apartment" akustik. Muka yang udah basah sama keringat, makin basah dibanjiri air mata. Apalagi saat Sean main solo violin di akhir lagu. Gue berasa lihat malaikat, tapi burem karena air mata ini bercucuran mulu. Setelah itu, kembali heboh! Cukup trenyuh saat Ryan Key menyampaikan pidato perpisahan. Berkali-kali dia menyampaikan terima kasih. Dalam hati, gue juga mengucapkan jutaan terima kasih untuk mereka.

Saat konser selesai, pikiran gue mendadak hening. Cuma ada dua kata di otak gue. "Now what?" Gue dan Yellowcard udah resmi berpisah. Air mata kembali mengembang, tapi gue tahan. Malu. Lampu udah nyala dan udah nggak ada yang nangis. Tiba-tiba terngiang kata-kata Bayu. "Kalo abis konser, liat ke lantai. Kali aja ada pick gitar." Dan gue melakukan itu. Ternyata bener! Ada guitar pick punya Ryan Key yang langsung gue pungut dari lantai! Tangan gue gemetaran pegang pick itu. 

Konser berakhir, gue kembali ingat kondisi kaki gue. Sakitnya udah berlipat ganda. Rasanya hampir nggak bisa gerak, sebadan juga ikutan sakit, belum lagi tenggorokan yang berasa perih. Tapi gue nggak bisa stay di situ, keburu kehabisan kereta. Saat jalan menuju stasiun, rasanya gue ingin merangkak. Waktu sampai di stasiun tujuan, tenaga gue udah hampir 0%, padahal gue masih harus jalan ke hostel. Kalo tanggal 12 Februari, sekitar jam setengah 12 malam ada yang tergeletak di Chinatown Station, itu gue. But you know it's an incredible show when it left you with 0% energy.

Goodbye, Yellowcard. Goodbye, heroes.
Thank you for saving me.

No comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.