How Westlife Changed My Life

9:27 PM
Ahoy Beautiful People! I'm back!

Malam ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, gue nekat masukin lagu Westlife sebagai playlist sebelum tidur. Nekat. Karna biasanya, lagu Westlife bikin gue cengeng. Jantung hati berdarah-darah. Baru juga lagu kedua, If I Let You Go, gue nggak tahan pengen langsung curhat disini. Sebenarnya gue udah pernah (sering malah!) curhat tentang Westlife disini. Tapi versi alay.
Yes, Westlife changed my life.
Kalo bukan karna Westlife, gue mungkin nggak akan jadi seperti diri gue yang sekarang. The good and the bad. Berawal di tahun 2000, gue masih kelas 2 SD kayaknya. Gue ikut-ikutan suka boyben asal Irlandia yang ngehits banget di masa itu, dan gue nggak sadar, my life was about to change.

Long story short, Westlife selalu ada di setiap hari gue. Westlife semacam tujuan hidup nomer satu gue. Cita-cita masa depan gue selalu berhubungan sama Westlife. Ambisi gue menggebu-gebu untuk bisa pergi ke Irlandia untuk ketemu Westlife. Gue jadi rajin belajar, karna prinsip gue "kalo pintar, bisa cepat ke Irlandia, bisa ketemu Westlife." Gue terobsesi belajar Bahasa Inggris, karna cita-cita utama gue adalah ketemu Westlife, dan gue pengen banget bisa ngobrol sama Westlife. Saat pertama kali punya kamus Bahasa Inggris, gue langsung rajin sok terjemahin lagu Westlife. Gue punya buku khusus terjemahan lagu-lagu Westlife (nggak usah dibayangin terjemahannya gimana). Kelas 6 SD, gue ranking 2 di kelas, bokap nanya mau hadiah apa. Yang biasanya gue minta dibeliin buku cerita, kali ini gue minta didaftarin les Bahasa Inggris, sebagai bekal gue kalo suatu hari ketemu Westlife. 
Alasan gue buat les Bahasa Inggris jadi kenyataan 10 tahun kemudian.



Tahun 2006, nyokap kira gue hampir gila karna gue nggak nonton konser Westlife di Jakarta. Ya, gue dua hari nangis sendiri di kamar kayak orang gila! Geli juga sih kalo kebayang lebaynya gue jaman ababil dulu. Tahun 2011, takut gue hampir gila kayak 5 tahun sebelumnya, bokap langsung gerak cepat untuk beliin gue tiket konser Westlife, yang ternyata konsernya jauh dari ekspektasi gue. Ricuh! Konser dihentikan 30 menit, Shane mengancam untuk ninggalin konser kalo penonton masih dorong-dorongan. Sendirian di tengah crowd, gue nelpon nyokap, nangis sesenggukan kayak orang gila lagi. Nyokap bilang "Nikmatin aja konsernya. Kan udah bertahun-tahun mau nonton Westlife, masa sekarang malah nangis?" yang bikin gue makin nangis meraung, sambil dengerin Seasons In The Sun secara live. Lupa malu!

Suatu malam, masih di dorm, gue kebangun mau pipis. Abis pipis, iseng buka facebook. Nggak nyangka, ada satu post yang rasanya bikin masa kecil gue hancur. I was crushed. Westlife menyatakan akan bubar di tahun 2012. Gue langsung lupa caranya bernafas. Dada sesak dan sakit, karna berusaha nutupin suara tangis gue, takut mengganggu roommates gue. Besoknya masuk kuliah, gue sama sekali nggak merhatiin dosen. Gue sibuk ngelap air mata yang iseng keluar, sambil pura-pura pilek. Selesai kelas, gue langsung lari ke dorm, lanjut nangis. Ya, hidup gue rasanya hancur dan nggak punya tujuan lagi. Sejak kecil, impian terbesar gue adalah pergi ke Irlandia dan ketemu Westlife disana. Dengan bubarnya Westlife, mimpi itu nggak akan tercapai. Call me crazy, but it happened.

Sejak Westlife officially bubar, ada rasa benci di hati gue. Gue marah dengan keputusan bubarnya mereka. Bahkan sampe sekarang, kalo denger lagu Westlife, rasanya jantung gue perih. Literally. Tau rasanya benci sama mantan, tapi masih sayang? Nah, itu yang gue rasakan. Meskipun nggak pernah punya mantan juga sih. HA! Childish, memang. Tapi kecewa itu masih ada. Iyalah. Impian lo selama 12 tahun mendadak hancur, gimana rasanya?

But somehow, berkat Westlife, gue punya kehidupan yang berwarna dan menyenangkan. Banyak hal dalam hidup gue yang nggak bakal ada andaikan gue nggak ikutan suka Westlife dulu.


2 comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.