Pulau Bokori, Nostalgia dan Malulo
Memori pertama gue sebagai manusia adalah waktu gue tinggal di Kendari sekitar 20 tahun lalu. Walau rasanya samar bagaikan mimpi, masih banyak kenangan masa balita yang gue habiskan di Kendari, yang gue ingat sampai sekarang. Nah, akhir bulan Januari 2018 ini, gue sekeluarga kembali ke Halu Oleo. Gue baru ingat gimana indahnya Kendari. Gue pernah bilang, kagum banget waktu mendarat di Padang, karena dari pesawat kelihatan bukit dan laut dalam satu frame. Nah, ternyata di Kendari juga begitu! Kendari itu kota kecil yang masih sepi, anti macet! Soal berkendara, ternyata lalu lintas di Kendari malah lebih tertib daripada di Makassar lho!
(Read: Hello, Padang!)
Sebenarnya nggak banyak yang kami lakukan di Kendari, karena sebagian besar waktu kami habiskan untuk napak tilas dan silaturahmi sama teman-teman dan anggota-anggota lama bokap. Sebenarnya sih banyak tempat kayak Wakatobi, Buton, Bau-Bau dan Labengki yang pengen banget gue kunjungi. Berhubung waktunya singkat, kami cuma sempat ke Pulau Bokori, lima menit menyeberang via laut.
Emak dan bapak di parkiran dermaga |
Untuk ke Pulau Bokori, kami dijemput anggota bokap, naik mobil menuju dermaga di Desa Bajo, sekitar 40 menit dari pusat Kota Kendari. Begitu masuk Desa Bajo sebenarnya banyak kapal milik warga yang bisa disewakan untuk nyeberang ke Pulau Bokori, tapi waktunya lebih lama karena lokasinya lebih jauh. Nah, kami naik perahu dari dermaga...
Astaga gue lupa namanya!
Yak, maapin! Pokoknya dermaga ini lokasinya di ujung desa deh. Parkiran mobilnya rapi, dan di depannya udah tertulis harga-harga segala fasilitas, jadi harganya nggak asal tembak. No tipu tipu gan! Nyeberang cuma lima menit, perairannya juga tenang dan dangkal karena nggak mengarah ke laut lepas. Btw, hari ini ajaib banget. Jadi hujan nih lagi centil-centilnya datang setiap hari. Di hari kami ke pulau, tanpa awan mendung sedikit pun, langit cerah ceria! Thank you, universe!
Btw, waktu di mobil:
Adek: "Jadi yang berangkat cuma tiga mobil ini ya?"
Anggota bokap: "Iya, sama udah ada beberapa orang yang menunggu di sana."
Begitu tiba di pulau, astaga udah ada puluhan orang, sampe nyewa satu vila untuk berpesta! Sebagian besar dari mereka adalah anggota bokap sejak 20 tahun lalu, yang kenal gue sejak gue masih balita. "Astaga ini Sheyla sudah besar ya! Yang ini siapa lagi namanya?" kata entah berapa orang, sambil peluk-peluk gue. Yes, ternyata gue lebih tenar daripada si adek! HA! Mereka juga cerita beberapa kenangan masa kecil gue yang bahkan gue udah lupa.
Di vila sewaan ini, ternyata mereka udah sibuk bakar ikan dan menyiapkan makanan lainnya. Oh heaven, gue bisa makan seekor ikan berukuran besar untuk sendiri! Jadi di pulau yang nggak terlalu besar ini memang ada beberapa vila kecil (?) dan gazebo yang bisa disewakan, tapi gue nggak tahu harga permalamnya. Nggak lupa, dangdutan dan Malulo! Malulo itu tarian rakyat khas suku Tolaki. Lagunya bisa apa aja, yang penting ceria, dalam hal ini, kami dangdutan. Banyak orang menari bersama dengan langkah yang sama sambil membentuk lingkaran besar, siapapun boleh ikutan walau beda geng. Saat kami ber-Malulo, banyak juga lho orang yang tiba-tiba ikutan, padahal nggak kenal.
Malulo sambil dangdutan keliling pohon |
Kalo mikirin pantai mana yang paling indah di Indonesia, yang langsung gue ingat adalah pantai-pantai di Kendari, entah di pulau mana aja, yang sering gue kunjungi waktu kecil dulu. Nggak tahu karena memang begitu, atau karena kenangannya. EAK! Dulu gue suka banget ngumpulin keong yang kemudian gue kumpulin setoples penuh dan bintang laut yang gue jemur dan jadiin mainan. Kejam banget ya gue waktu kecil! Nah, di pulau ini gue udah nggak melihat banyak keong berkeliaran, tapi masih banyak banget bintang laut (juga bulu babi) yang kali ini nggak berani gue sentuh. Kekejaman gue udah memudar. Pulau ini nggak terlalu besar, muterin satu pulau aja palingan khatam dalam waktu singkat. Pulau ini udah cukup teratur dan terawat karena semua harga fasilitasnya udah diatur oleh pemerintah, dan ada menara pengawas pantai yang petugasnya selalu mengingatkan untuk nggak berenang terlalu jauh dari bibir pantai. Sayangnya masih ada aja tuh manusia nirotak yang suka nyampah sembarangan, padahal banyak tong sampah yang tersebar di pulau.Me in the past: “paak sik dangdutan alay ew”— Sheyla Ashari (@SheylaMcF) January 23, 2018
Me now: “dangdutan seru yhaaaaa!”
Nari Malulo sambil dangdutan. pic.twitter.com/Fj2AmfZueW
Walau dekat banget sama pulau utama, pulau ini masih indah banget, airnya pun jernih. Nggak cuma laut, pulau ini juga dikelilingi perbukitan yang bikin pemandangannya penuh sensasi! Sepertinya lebih seru untuk ke sini sore-sore sambil menikmati sunset, karena banyak perahu yang disewakan 24 jam. Kalau main di pulau ini, jangan lupa main-main di dermaga vila percontohan ya! Belum bisa ke Maladewa, foto-foto di dermaga Pulau Bokori aja dulu.
No comments: