Bubur Pasir di Tanjung Bira
Setelah ngiler lihat Instagram sejak 2015 lalu, pasca lebaran 2017, kami sekeluarga mengucapkan Selamat Tahun Baru melancong ke Tanjung BIra. Sejak perencanaan sampe hari H, cuma gue yang excited, emak, bapak dan adek gue malah biasa aja. "Ada apa emang di sana? Pantai doang kan?" Sedih gais!
Menurut pengalaman orang di internet, Makassar-Tanjung Bira bisa ditempuh dalam waktu 4-5 jam perjalanan, tapi waktu tempuh kami malah 7 jam, karena mampir dulu di rumah kakaknya Emak di Bantaeng. Kota kecil ini ternyata bagus! Banyak pemandangan padang rumput dan yang bikin terpesona, banyak pemandangan sawah yang sebelahan sama laut. Baguuuussss! Rasa Bantaeng juga kayak di Bandung. Rute Makassar-Bira nggak susah, karena cuma lewat satu jalan poros, tapi kami sempat secara random malah masuk ke pasar dan mobil stuck di pasar itu. Damn you Google Maps! Orang-orang yang bantuin mobil kami bebas dari jebakan pasar, semuanya berbahasa Bugis. Untung ada emak yang jadi penerjemah. Oh iya, mulai dari Jeneponto, banyak kuda yang sibuk makan di rerumputan, yang bukannya akan dijadikan hewan transportasi seperti biasanya. Kuda-kuda itu harus bersiap disembelih untuk jadi bahan Coto. Yes, gue jarang lihat Coto daging sapi di Jeneponto, sebagian besar Coto Kuda.
Setelah perjalanan ke ujung dunia itu, tibalah kami di Tanjung Bira dengan biaya masuk 75 ribu rupiah untuk empat orang. Oh iya, di daerah sini agak jarang ada restoran, makanya emak heboh bawa bekal lauk sisa lebaran. Bahkan kalo nggak disetopin, emak sampe mau bawa kaleng kerupuk dong! Anyway, kami nginep di Same Resort, karena beberapa penginapan yang gue taksir udah penuh. Resort ini punya akses langsung ke Pantai Bira. Saat baru masuk ke lobby, gue langsung bisa melihat laut dan menikmati suara deburan ombak. Ulala, gue siap menikmati liburan di private beach. Setelah istirahat sebentar, gue dan adek menuju pantai dan...
zonk.
Banyak banget orang! Yaelah ini mah Ancol!
Meskipun banyak kerumunan orang macam konser, gue akui pantai ini bagus banget, gue hanya datang di saat yang nggak tepat. Dari pinggir pantai langsung kelihatan air laut yang bening dengan gradasi warna tosca dan biru tua. (Gue harus ngegugel dulu, tosca itu apa. Praise me!) Kalo baca blog orang yang bilang pasir pantainya lembut banget kayak bedak, gue semacam skeptis. "Bukannya emang pasir putih di pantai itu lembut?" Pikir gue dengan sombongnya. Saat merasakan langsung kelembutanDowny pasirnya, ternyata beneran lembut banget! Kalo diinjak, pasirnya jadi berasa kayak bubur. Melihat air laut yang cantik dan ombak yang nggak begitu besar, gue, bapak dan adek langsung nyebur, kesenengan mainan ombak. Gue merasa kayak di dongeng, karena saat itu habis hujan dan ada pelangi yang membentang di pulau seberang.
Sayangnya berenang di pantai Tanjung Bira ini nggak asyik. Serius. Rasanya terganggu sama kapal-kapal dan segala permainan laut kayak banana boat. Saat berenang, gue selalu khawatir ketabrak speedboat. Berenang di pinggir juga tetap nggak nyaman, karena selalu disuruh minggir sama speedboat yang mau parkir. Garis pantai Tanjung Bira ini cukup panjang, kenapa nggak dipisahin aja sih tempat parkir speedboat dan tempat orang berenang di laut? Di sini juga banyak banget sampah. WHY, people?! Padahal kalo pagi, ada petugas yang angkat sampah-sampah di pantai. Gue kesel sama yang buang sampah sembarangan. Gue bahkan nemu popok bayi kotor di pantai. WHY?! Memang sih di pantai ini jarang ada tong sampah. But please don't be stupid and ignorant and selfish!
Anyway, sejak awal gue ngebet banget snorkeling di Pulau Kambing. Sayangnya keinginan gue yang itu nggak bisa dipenuhi, karena langit selalu mendung, nggak bagus untuk snorkeling karena keindahan bawah lautnya nggak akan kelihatan jelas. Lagipula, saat gue nanya berapa harga nyeberang ke Pulau Kambing untuk snorkeling, harganya... wait for it...
1,5 juta rupiah. WTF?!
Katanya sih karena lagi musim liburan. Nope. Thanks. Bye.
Setelah gagal snorkeling, gue jadi semangat buat ke Pantai Bara yang masih segaris sama Pantai Bira. Jalanan ke Pantai Bara ini nggak banget. Melewati pepohonan yang sepi, jalanannya kecil dan rusak parah. Harus berjuang minggir kalo ketemu kendaraan dari arah berlawanan. Gue jadi mikir, dear everyone in South Sulawesi, tempat kalian ini indah banget, tapi sedih karena nggak didukung sama sarana-prasarana yang memadai. Sudahlah cukup bangun mall di Sulsel, lebih baik perbaiki semua tempat wisatanya.
Untungnya Pantai Bara ini ternyata jauh lebih bagus dari Pantai Bira. Gue jadi nyesel, kenapa berenangnya nggak di Pantai Bara aja? Pantainya sepi dan lebih bersih. Speedboat yang parkir juga sedikit. Lesson learned. Kalo mau berenang, nggak usah di Pantai Bira. Lebih baik di Pantai Bara. Di sini banyak warung yang menyediakan tempat buat bilas, seharga 10 ribu rupiah.
Dari semua unggahan di Instagram, gue paling naksir sama Tebing Apparalang, yang letaknya di luar area Tanjung Bira, berjarak sekitar 12 kilometer. Dalam perjalanan pulang, kami berniat mampir. Jalanannya kecil dan sepi, tapi mulus. Jalanannya mulai jelek di satu kilometer terakhir. 400 meter menuju lokasi, kami memutuskan putar balik. Saat itu kondisinya hujan dan mendung berat, sedangnya ada tikungan yang menurun tajam, agak berbahaya untuk dilewati mobil. Gagal sudah rencana ke Tebing Apparalang. Safety first, people! Mungkin itu bisa dijadikan alasan untuk kembali ke Bira lain kali.
Tips bagi yang mau ke Bira:
1. Di sini cuma ada jaringan ponsel 3G Telkomsel.
2. Bawa bekal. Di sini jarang ada rumah makan. Kebanyakan cuma warung mie instan.
3. Kalo cuma punya waktu sedikit, nggak usah ke Bira, ke Bara aja. Atau pantai sekitarnya selain Bira.
4. Kuatkan bokong untuk perjalanan jauh.
5. Jangan buang sampah sembarangan. Hormati alam!
6. Have fun!
zonk.
Reality |
Meskipun banyak kerumunan orang macam konser, gue akui pantai ini bagus banget, gue hanya datang di saat yang nggak tepat. Dari pinggir pantai langsung kelihatan air laut yang bening dengan gradasi warna tosca dan biru tua. (Gue harus ngegugel dulu, tosca itu apa. Praise me!) Kalo baca blog orang yang bilang pasir pantainya lembut banget kayak bedak, gue semacam skeptis. "Bukannya emang pasir putih di pantai itu lembut?" Pikir gue dengan sombongnya. Saat merasakan langsung kelembutan
Rainbow by the ocean |
Bubur pasir |
WHY?! WAE?! DOUSHITE?! |
Anyway, sejak awal gue ngebet banget snorkeling di Pulau Kambing. Sayangnya keinginan gue yang itu nggak bisa dipenuhi, karena langit selalu mendung, nggak bagus untuk snorkeling karena keindahan bawah lautnya nggak akan kelihatan jelas. Lagipula, saat gue nanya berapa harga nyeberang ke Pulau Kambing untuk snorkeling, harganya... wait for it...
1,5 juta rupiah. WTF?!
Katanya sih karena lagi musim liburan. Nope. Thanks. Bye.
Pantai Bara |
Pantai Bara. Bukan Gili Trawangan. |
Untungnya Pantai Bara ini ternyata jauh lebih bagus dari Pantai Bira. Gue jadi nyesel, kenapa berenangnya nggak di Pantai Bara aja? Pantainya sepi dan lebih bersih. Speedboat yang parkir juga sedikit. Lesson learned. Kalo mau berenang, nggak usah di Pantai Bira. Lebih baik di Pantai Bara. Di sini banyak warung yang menyediakan tempat buat bilas, seharga 10 ribu rupiah.
Dari semua unggahan di Instagram, gue paling naksir sama Tebing Apparalang, yang letaknya di luar area Tanjung Bira, berjarak sekitar 12 kilometer. Dalam perjalanan pulang, kami berniat mampir. Jalanannya kecil dan sepi, tapi mulus. Jalanannya mulai jelek di satu kilometer terakhir. 400 meter menuju lokasi, kami memutuskan putar balik. Saat itu kondisinya hujan dan mendung berat, sedangnya ada tikungan yang menurun tajam, agak berbahaya untuk dilewati mobil. Gagal sudah rencana ke Tebing Apparalang. Safety first, people! Mungkin itu bisa dijadikan alasan untuk kembali ke Bira lain kali.
Tips bagi yang mau ke Bira:
1. Di sini cuma ada jaringan ponsel 3G Telkomsel.
2. Bawa bekal. Di sini jarang ada rumah makan. Kebanyakan cuma warung mie instan.
3. Kalo cuma punya waktu sedikit, nggak usah ke Bira, ke Bara aja. Atau pantai sekitarnya selain Bira.
4. Kuatkan bokong untuk perjalanan jauh.
5. Jangan buang sampah sembarangan. Hormati alam!
6. Have fun!
Duh jadi mupeng! Terakhir ke Bira waktu masih kuliah, it was a long long time ago...
ReplyDeleteEtapi sumpah itu sampah! Betapa bodohnya orang2 yang tidak menghargai alam, tidak mencintai kebersihan, taunya cuman mengotori & merusak 😕