Manila, Saudara Dekat Jakarta Minus Semprotan Cebok



Kalo biasanya gue cerita soal mendadak ngonser, kali ini gue bakal cerita soal mendadak ke luar negeri. Hidup gue semengejutkan itu. Ditawarin H-1 yang langsung gue terima tanpa mikirin apapun tugasnya, masih harus nunggu kepastian kabarnya, gue baru dikasih tiket di Hari H, packing hari itu juga, malamnya berangkat. 

Jadi ada hal ajaib di balik keberangkatan gue. Hari sebelum gue dikabarin bakal ke Filipina, gue iseng shopping (shopping aja iseng!) di Uniqlo mall dekat rumah, saat ada kaus diskonan. Tadinya gue nggak ada niat untuk beli, tapi tiba-tiba gue kepikiran "Wah lumayan nih kausnya tipis, cocok untuk traveling di Asia Tenggara." Namun gue berusaha rasional, gak mau beli karena negara tujuan gue selanjutnya adalah negara yang hopefully akan gue kunjungi saat musim gugur, jadi gue perlu pakaian hangat. Saat udah mau meninggalkan toko, gue tiba-tiba kepikiran lagi tuh "Ah beli aja deh, siapa tau tahun ini bakal traveling lagi keliling Asia Tenggara." Selain negara bermusim gugur itu, gue emang pengen banget ke Vietnam gara-gara nonton New Journey to the West.

Oke, balik lagi ke Manila.

Gue berangkat bareng Mbak Eja, orang Universal Music Indonesia. Selama di Manila, gue nggak banyak ke tempat wisata, karena emang bingung juga, di kota ini nggak ada yang spesial. Sungguh. Gue nggak berasa ke luar negeri. Sebenarnya gue pengen ke kota tua di Manila, Intramuros, tapi setelah dipikir-pikir, gue takut terjadi hal yang tak diinginkan dan akhirnya malah merepotkan orang banyak, karena tujuan utama gue kan emang untuk menjalankan tugas, bukan sekadar jalan-jalan. Btw, sebelum berangkat, gue agak khawatir bakal awkward sama Mbak Eja, karena tahulah, gue anaknya awkward sama orang baru, sekaligus sering memberikan reaksi manusiawi yang aneh (?) Ternyata nggak sama sekali. Di waktu luang, karena selera yang berbeda, Mbak Eja yang lebih suka belanja dan gue yang lebih suka berkeliaran tanpa tujuan, kami sepakat untuk jalan sendiri-sendiri aja.

Gue bingung harus cerita kayak gimana, jadi gue bakal nulis hal-hal baru yang gue temukan di Manila aja.


Bukan di Sarinah.
Lalu lintas

Lalu lintas di Manila mirip banget sama Jakarta! Macetnya, sama. Motor berhenti di zebra cross saat lampu merah, sama. Orang suka nyeberang sembarangan padahal di jarak beberapa meter ada zebra cross atau jembatan penyeberangan, sama. Yang berbeda, kendaraan lebih menghargai pejalan kaki. Di Jakarta, pejalan kaki harus beneran waspada, apalagi saat nyeberang, karena bukannya pelan-pelan bahkan berhenti, kendaraan malah semakin ngebut. Jalan kaki di Jakarta memang menantang maut. Nah, di Manila, kendaraan kenal yang namanya rem saat lihat pejalan kaki. Entah berapa kali gue dan Mbak Eja yang masih bermental Jakarta, berhenti saat ada mobil mendekat, padahal mah mobilnya pasti berhenti saat ada yang nyeberang.

Sandara Park is queen!

Entah udah berapa ratus banner yang gue lihat, isinya ada Sandara Park. Sandara memang tinggal di Filipina, dan setelah namanya besar di Korea Selatan, tampaknya dia jadi kebanggaan nasional. Bahkan saat gue ngobrol sama orang Universal Music Filipina soal K-pop, dia dengan bangga bercerita tentang Sandara Park.


Kebanggaan nasional: Jollibee

Setiap beberapa meter, Jollibee pasti ada. Dan selalu ramai. Ini gerai ayam goreng lokal macam KFC, tapi jumlahnya bahkan lebih banyak daripada KFC atau McD. Harus banget dong gue cobain! Ternyata bener, ayamnya lebih enak daripada di gerai-gerai ayam goreng asal Amrik. Biasanya, gue selalu sedih dikasih potongan dada ayam. Kali ini, gue tetap berbahagia makan dada ayam, karena dagingnya empuk, gak keras seperti kodrat dada ayam goreng lainnya. Cuma kurang saos sambel aja, dan mereka makannya tetap rapi, lengkap dengan sendok-garpu :(


National pride: Check.
Yesus ada di mana-mana

Sebagai negara mayoritas beragama Kristen, Yesus ada di mana-mana. Di beberapa persimpangan, ada patung Yesus dan narasi tentang bagaimana rakyat Filipina layak diselamatkan oleh Yesus. Jeepney dan bus juga banyak yang bergambar Yesus atau bertuliskan kutipan-kutipan Alkitab. 

Senjata api di mana-mana

Bukan cuma Yesus yang ada di mana-mana. Senjata api juga. Petugas penyeberangan aja selalu siap sama senjata laras panjang. Satpam pusat perbelanjaan pun begitu. Oke, gue baru belajar bahwa senjata api memang diperdagangkan dengan bebas di Filipina, walau ada syarat khusus untuk orang yang boleh punya senjata api, seperti usianya harus di atas 21 tahun, harus ikut pelatihan dan kursus keamanan senjata api, juga bermacam uji kelayakan. Walau para petugas itu tampak sangar dengan senjata laras panjangnya, saat gue nanya arah, mereka masih menjawab dengan ramah, bonus senyuman.

Penulisan jam

Sebagai manusia yang suka bingung "12 AM" itu maksudnya 12 malam atau 12 siang, penulisan jam di Filipina sangat membantu gue. Mereka nulisnya "12 mn". Midnight. Sungguh cerdas!

Jalan dan berdiri di eskalator sebelah kanan

Kalo lagi di eskalator, orang harus berdiri di sebelah kanan, karena sebelah kiri itu untuk orang yang buru-buru. Gue suka banget sama peraturan begini. Tapi orang Filipina belum setertib itu, masih banyak yang melanggar soal aturan berdiri di eskalator ini. Tapi soal aturan sebelah kanan di jalanan, orangnya lebih tertib. Hampir semuanya konsisten berjalan di sebelah kanan, walau gue sering roaming, tiba-tiba melipir ke kiri.


Emesh anedhz.
Orang Filipina suka buku catatan

Walau nggak suka belanja, saat lihat toko buku, gue pasti masuk. Yang biasanya penuh kerumunan bukannya rak buku bacaan, tapi rak buku catatan. Emang sih buku catatan di Filipina itu lucu-lucu banget! Btw, rak buku bacaan di Filipina itu berantakan! Di empat toko buku yang gue datangi, gue nggak tahan berlama-lama. Pusing. Berantakan.


Nope.
Cuek berpakaian

Ini nih enaknya! Semua orang cuek berpakaian. Buset dah, di Jakarta aja, saat gue pake kaus lengan panjang dan celana jins panjang, masih aja ada gerombolan abang-abang yang suit-suitin sambil ketawa-ketawa. Belum lagi banyak yang justifikasi dengan kalimat "Lelaki 'kan kodratnya suka mandangin cewek," atau "Salah sendiri ceweknya berpakaian seksi, wajar kalo..." HELLAAAAWWW! Silakan bercelana gemes atau berpakaian tanpa lengan di tempat umum saat di Manila. Nggak ada tuh yang memandang nakal atau menghakimi. Gue pun cuma berani pake baju berpotongan dada rendah kalo lagi di luar negeri. Cleavage game is strong with this one!

Masuk mall harus antre

Agak syok waktu masuk Robinsons Galleria Ortigas, karena antreannya panjang! Ternyata antrean panjang karena emang tas setiap pengunjung diperiksa dengan seksama.

Saudara terdekat Indonesia

Kalo ada yang bilang orang Indonesia itu mirip Malaysia atau Thailand, trust me, dibilang mirip orang Filipina jauh lebih cocok! (Macam gue udah ke banyak negara aja!) Bukan hanya soal fisik, tapi juga soal kebiasaan. Beberapa hal yang mirip? Suka nyeberang sembarangan. Suka duduk gerombolan di tangga umum. Abis makan di gerai makanan cepat saji, nggak dirapiin lagi. Gelantungan di Jeepney.


Setelah bayar di kasir, dikasih ini. Kalo nyala dan bergetar, tandanya makanan udah siap. Oke. Gue norak. Maapin.
Nggak sesulit itu nyari makanan halal

Di mall-mall udah ada The Halal Guys lho! Di Manila juga banyak restoran India dan Arab, yang biasanya memang halal. Biasanya. Makanya tanya dulu!

Nggak ada semprotan cebok!

Ini yang paling bikin gue tersiksa! Sesuai kebiasaan orang Indonesia, wajib dong cebok pake air!  Gue nggak bakal memperhalus bahasanya. Cebok, it is. Nah, ternyata di Filipina susah banget nemu semprotan cebok. Di hotel tempat gue nginep, yang bintang lima dan ngehits gela itu, nggak ada semprotan cebok! Walau gue udah bawa tisu basah sebagai peralatan tempur, tetap aja rasanya nggak lengkap. Aku manusia kotor. Bahagia luar biasa waktu mau pulang, di Ninoy Aquino Airport ternyata ada semprotan cebok dong! Gue jadi bertanya-tanya, buat orang yang lama tinggal di luar negeri tanpa semprotan cebok, seriously, HOW DO YOU SURVIVE?!

Selama di Manila, gue dan Mbak Eja lebih sering naik Grab, karena waktu jalan-jalan kami mepet, terselip di waktu kegiatan HRVY. Harganya cukup murah, sama aja kayak di Indonesia. Tapi waktu kami pulang dari SM Megamall sekitar jam 8 malam, dengan kondisi badan remuk dan tentengan berat, semua Grab seakan lenyap dari peradaban. Jadilah kami terseok-seok jalan kaki kembali ke hotel.


Oh iya, kami sempat ke restoran Persia di seberang hotel, mesen kebab, dengan harapan kebabnya bakal heboh kayak yang dijual di Indonesia. Mas restorannya agak heran waktu kami bilang nggak usah pakai nasi. Eh ternyata...


Kebab. Mirip sesuatu. Jadi kangen kucing gue! :(
Manila memang bukan kota favorit gue, tapi dilihat dari kecuekan penduduknya atau keamanan kotanya secara umum, kota ini jelas sedikit lebih maju daripada Jakarta. Apalagi banyak papan iklan bergambar idola Kpop, noona kan jadi girang!

Ketemu Monsta X di SM Megamall!

No comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.