A Fangirl Story

11:02 PM
Hi beautiful people!
Akhir-akhir ini gue sadar, post gue di blog ini semakin nggak menarik. I kinda lose interest. Tapi seperti tekad awal gue waktu mulai ngeblog, ini blog ditujukan untuk diri gue sendiri. Ada saatnya gue baca semua post di blog ini, yang bisa bikin gue selalu happy. Yah, sesuai namanya, A Fangirl's Diary. Meskipun gue pun bakal seneng juga kalo banyak orang yang mampir kesini. Hehehe

Jadi, hidup gue sebagai fangirl berawal waktu gue ngefans Westlife, kelas 2 atau 3 SD kalo nggak salah. Gue nggak nyangka, itu bakal merubah hidup gue sepenuhnya. Berubah banget. Gue bahkan lupa rasanya hidup tanpa fangirling.
Gue jadi fangirl jauuuuh sebelum istilah "fangirl" itu ngetop kayak sekarang, sejak industri hiburan Korea merajai Indonesia. Dan banyak teman-teman gue yang udah jadi fangirl lebih lama dari gue.
Sekarang pun, saat istilah 'fangirl' udah beken, ternyata masih banyak orang yang menganggap itu aneh. Well, memang sedikit aneh. Ada fangirl yang sampe nggak punya kehidupan pribadi, seluruh hidupnya didedikasikan untuk idola. Untungnya, gue masih punya kehidupan nyata. Bukan hanya kehidupan fanfic.

Gue terlalu gampang suka selebriti, terutama musisi. Dan sekalinya gue suka banget, gue pasti jadi fans yang berdedikasi, beli album, nonton konser, berjam-jam duduk depan laptop nontonin video-video musisi kecengan gue. Awalnya, gue hopeless. Sayangnya gue nggak punya pohon duit, yang bisa seenaknya gue petik untuk beli tiket konser. Gue harus nabung mati-matian untuk bisa beli tiket konser. Saat gue selalu bokek karna gue harus nabung untuk beli CD atau DVD band idola gue, itulah dilemma gue. Emang sih rasanya aneh, ngabisin duit buat idola, orang lain yang bahkan gak kenal sama gue. Tapi saat CD atau DVD itu udah ditangan, rasanya luar biasa bahagia.
Beruntung, awal tahun 2012, gue bergabung dengan Creative Disc. Kehidupan fangirling gue semakin indah. Dulu, gue getol ikut kuis berhadiah tiket konser. Sekarang, Thank God, gue bisa sering nonton konser dengan modal sedikit, bahkan bisa ketemu langsung sama si artis. Bukannya tanpa effort. Setiap habis konser, gue harus menulis review konser untuk website itu, yang ternyata sangat menyenangkan. Seakan punya media untuk melampiaskan histeria pasca konser.

Meskipun fangirling itu kadang dipandang aneh, gue merasa sangat beruntung. Melalui fangirling, gue jadi punya sahabat-sahabat yang punya kesukaan yang sama dengan gue. Yang nggak akan memandang gue aneh dalam hal fangirling. Gue punya beberapa sahabat yang awal ketemu di fanbase Westlife. You know who you are. Melalui McFly, gue menemukan teman-teman GalaxyDefenders yang luar biasa serunya. Dimana lagi gue bakal ketemu Jati dan Jeni, kalo bukan karna McFly?

Yang gue notice, sebagai fangirl, meskipun terlalu mudah jatuh cinta sama seleb, ternyata gue susah jatuh cinta sama orang lain. Orang di kehidupan nyata, maksudnya. Gue nggak tau sih ini hal baik atau buruk. Bahkan temen gue di kantor, Joey, pernah nanya. "Lo pernah nggak sih suka sama cowok di kehidupan nyata?"
Gak perlu mikir lama.
Ya, tentu pernah.
Ini pun berawal dari fangirling. Gue kenalan sama cowok yang idolanya sama kayak gue. Dan kami semakin dekat. Berbagi cerita hidup, berbagi kegalauan, berbagi kesenangan dan kegilaan. 4 hours phone call? Udah biasa. Dia sama sekali nggak pernah memandang gue aneh, karna dia ngerti rasanya. Kalo lagi berdua, kami ngalay bersama and it feels so good. Gue anggap dia sebagai sahabat gue. Banget. Dan gue sangat yakin, dia itu kembaran gue. I mean, he's the male version of me! Tapi sayangnya sesuatu terjadi. Well, let's just say, one of us screwed our friendship up. It doesn't feel good. But we stay friends.

Gue nggak sedikitpun menyesali kehidupan fangirl gue. Meskipun istilah itu terdengar semakin aneh.
Seperti yang selalu gue bilang, "If fangirling is a weird thing to do, I don't mind being a weirdo."

No comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.