Tujuan di hari ketiga ini adalah yang paling gue nantikan: Amanohashidate!
Andaikan penerbangan gue nggak reschedule, mestinya hari itu gue ke Tottori, bersilaturahmi sama Detective Conan dkk. Yah mau bagaimana lagi, durasi perjalanan gue kurang panjang, jadi gue memutuskan memilih Amanohashidate yang berpredikat satu dari tiga besar tempat dengan pemandangan terindah di Jepang. Nama tempat ini asing banget buat gue. Di forum daring atau blog orang, nggak banyak yang ngebahas tempat ini, jadi gue ke sini berbekal informasi dari variety show Battle Trip. Yes, gue ngiler pengen ke tempat ini karena Battle Trip episode perjalanan Kim Shin Young dan Mimi 'Oh My Girl'. Penasaran banget pengen naik chair lift dan jungkir balik melihat 'naga'!
Berangkat saat matahari baru terbit jam 7 pagi, gue bersyukur udah beli JR Kansai Wide Area Pass. Tanpa kartu ini, ongkos ke Amanohashidate bakal mahal banget, karena emang jauh banget! Macam dari Jakarta ke Bandung deh. Dari Stasiun Kyoto, gue naik JR Sagano Line dan San-in Line menuju Stasiun Fukuchiyama dengan durasi perjalanan sekitar dua jam. Perjalanan dua jam ini cukup memanjakan mata karena pemandangannya indah banget! Gue puas memandang perbukitan berwarna hijau, merah dan cokelat, dan beberapa kali melewati sungai yang membelah perbukitan yang warnanya... hijau. Entah hijau apa, pokoknya hijau cakep gitu deh!
|
Kawaii! |
Tiba di Stasiun Fukuchiyama, gue pindah jalur ke Kyoto Tango Railway, masih tercover JR Kansai Wide Area Pass gue. Di sini, gue naik kereta yang gerbongnya pendek banget, dan lumayan penuh. Ternyata kereta itu memang kereta wisata. Interior keretanya lucu banget, tapi gue nggak sempat foto karena terlalu penuh. Di setiap tempat-tempat menarik, kereta berhenti sebentar dan pemandu wisata akan menjelaskan soal tempat itu. Sayangnya dalam Bahasa Jepang, gue nggak ngerti! Jarak tempuh dari Fukuchiyama ke Amanohashidate sekitar 1 jam, dan gue berasa lagi berjalan ke awan, soalnya semakin dekat, kabut semakin tebal. Hujan pula! Gue khilaf, ke sana tanpa lihat ramalan cuaca. Ternyata seharian itu Amanohashidate akan hujan dan suhunya bisa sampai minus. Hiks! Kebodohan ekstra gue hari itu adalah nggak bawa payung, dan nggak bawa daleman heattech Uniqlo.
Tiba di Stasiun Amanohashidate yang kecil dan sederhana, gue langsung mendatangi Pusat Informasi Turis untuk nanyain cara ke Kasamatsu Park, atraksi utama Amanohashidate. Rencana awal, gue pengen nyewa sepeda seharian, jadi gue bisa keliling Amanohashidate sepuasnya. Ternyata hari itu penyewaan sepeda tutup karena hujan, jadi pilihannya cuma jalan kaki atau naik kapal ferry. Gue memilih beli tiket kapal ferry PP seharga 960 yen, yang udah termasuk tiket chair lift. Dari stasiun ke dermaga, gue harus jalan kaki cukup jauh, sedangkan hujan masih turun dengan lucunya, jadi gue terpaksa beli payung di toko depan stasiun. Mahal yha!
Masih sedih karena waktu kedatangan gue di Amanohashidate sangat salah, gue berusaha menikmati perjalanan ferry sekitar 12 menit. Kalau lagi cerah, mestinya kita bisa berdiri di bagian luar kapal, sambil ngasih makan burung pelikan. Sirna sudah keinginan mulia itu, walau gue pasti takut sama burung pelikan. Wk.
|
Dermaga menuju stasiun chair lift. Not bad, eh? |
|
Stasiun cable car dan chair lift |
Setelah tiba di dermaga dekat Kasamatsu Park, gue harus jalan kaki lagi beberapa ratus meter untuk tiba di stasiun chair liftnya. Kasamatsu Park ini terletak di atas pegunungan, jadi untuk naik ke sana, kita punya pilihan naik cable car atau chair lift. Gue sih memilih chair lift supaya lebih puas menikmati pemandangan. Saat gue lagi girang-girangnya naik chair lift dengan gerimis menggemaskan, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Jadinya gue naik chair lift sambil payungan, dammit! Hari baru dimulai, tapi sepatu gue sudah basah kuyup. Kakikuuuu!
|
Perjalanan naik dengan chair lift. Niqmadh! |
|
Lempar batu ke lubang itu. Kalau masuk, dapat hadiah! |
Saat sudah tiba di atas, hujan deras berhenti, tapi gerimis masih tersisa. Gue pikir, udah jauh-jauh ke sana, yah gue terobos ajalah. Karena takut ponsel basah dan rusak, foto-foto gue di sana jadi sedikit banget. Meskipun berkabut tebal, ternyata Amanohashidate memang indah banget, apalagi di puncak musim gugur itu. Kita dikelilingi pegunungan dengan warna khas musim gugur, dengan pemandangan laut sebagai suguhan utama. Jadi ada sebuah pulau panjang yang menghubungkan dua pulau utama: pulau tempat gue memulai perjalanan dari Stasiun Amanohashidate dengan pulau tempat Kasamatsu Park terletak. Andaikan gue nyewa sepeda, gue bisa puas menyusuri pulau yang panjangnya sekitar 3 km ini. Katanya, jika dilihat dari sela-sela kaki dengan posisi jungkir balik, pulau ini tampak seperti naga yang menghubungkan langit dan Bumi. Gue tentu nyobain posisi jungkir balik itu, tapi gue bahkan lupa untuk mikirin apakah bentuknya beneran kayak naga, karena gue fokus takut jatuh! Hadeh.
|
Aksi wajib: check. |
Entah karena hujan atau karena jauh, Kasamatsu Park ini nggak terlalu ramai. Syukurlah! Di bawah gerimis, gue puas-puasin memandangi pemandangan yang biasanya cuma gue lihat di YouTube.
|
Sok bergaya, padahal kedinginan |
Hujan deras lagi. Gue mulai nggak tahan, kedinginan. Untungnya di tempat ini ada restoran kecil, yang sayangnya waktu itu penuh, dan toko souvenir dan jajanan yang lumayan buat menghangatkan diri sambil menikmati kroket lezat luar biasa dan kopi panas.
Sekitar jam 2 siang, hujan berhenti dan langit lumayan cerah. Mendung sih, cuma awan dan kabutnya nggak setebal sebelumnya. Gue manfaatkan momen ini untuk menikmati pemandangan semaksimal mungkin. Sayangnya, kebahagiaan memang fana. Hujan deras turun lagi. Yaelah gitu aja hidup gue di Amanohashidate. Penuh PHP dan keusilan alam. Chair lift bahkan dihentikan sementara.
Masuk lagi ke toko souvenir. Jajan lagi.
Saat hujan mulai reda, gue memutuskan untuk pulang karena suhu udah 3 derajat celcius, kaki gue rasanya kaku dan beku karena sepatu basah, dan jari tangan gue terasa susah bergerak saking kedinginannya. Memang jodoh, saat mau turun, ternyata chair lift jalan lagi! Yay!
|
Chair lift situesyen |
Perjalanan pulang dengan chair lift ini jadi highlight perjalanan gue. Indah banget astaga pengen teriak-teriak norak macam di film.
|
Parah sih cakepnya |
Saat jalan kaki dari stasiun chair lift ke dermaga, gue mulai menggigil sambil berdoa jangan sampai gue sakit, padahal waktu gue di Jepang masih panjang. Sampai di dermaga, ternyata kapalnya baru saja berangkat. Gue ketinggalan beberapa menit. Petugas mungkin kasihan lihat si turis norak ini menggigil, jadi gue diajak duduk di dekat penghangat ruangan. Nggak pernah gue bayangkan bahwa jasa penghangat ruangan bisa begitu besarnya dalam hidup gue.
|
Dari dermaga ke stasiun |
|
Stasiun Amanohashidate, kecil dan manis |
Tiba di Stasiun Amanohashidate, ternyata kereta yang harus gue naiki masih 2 jam lagi. Maklum, daerah terpencil, keretanya jarang. Yaudah gue nyari jajanan lagi di sekitaran stasiun. Omong-omong, di stasiun ini gue sempat dikejar sama kakek-kakek. Ternyata beliau mau ngasih sarung tangan gue yang ternyata jatuh di pintu stasiun. OMG baiknya! Oh iya, saat turun dari kapal ferry, ada petugas yang lari ngejar orang. Ternyata petugas itu mau ngasih kantung plastik jajanan orang itu yang ketinggalan di kapal. Duh! Walau badan gue kedinginan, hati gue rasanya hangat.
Saat matahari terbenam jam 5 sore, kereta menuju Fukuchiyama akhirnya tiba. Kali ini, keretanya berbeda sama kereta wisata sebelumnya. Kereta ini besar dan kokoh, gue sampe siyok, "Buset ini pesawat jalan di rel!" Bentuknya memang kayak pesawat gitu. Sayangnya lupa gue foto, karena gue hanya fokus ingin segera naik ke kereta, menghangatkan diri. Satu jam kemudian, saat tiba di Stasiun Fukuchiyama, ternyata kereta ke Kyoto udah tersedia di peron seberang dan kereta selanjutnya akan ada satu jam lagi. Gue menolak untuk kedinginan satu jam lagi. Latihan gue lari-lari ngejar kereta Bekasi di Stasiun Manggarai ternyata ada gunanya. Gue lari sengebut mungkin, sampe gue takut tiba-tiba disamperin orang buat diajakin ikut olimpiade.
Syukurlah dapat tempat duduk, gue jadi bisa nyuri waktu bobok dengan nyaman dan hangat.
Anyway, dasar emang norak, di kereta ini tentu terjadi lagi kebodohan gue. Saat pengen ke toilet, gue bingung nyariin toilet cewek. Gue cuma lihat toilet cowok dan toilet difabel. Di situ ada mas-mas yang lagi berbicara di telepon, kemudian, masih sambil nelepon, dia bukain pintu toilet cewek buat gue. Ternyata toiletnya itu nyaru sama tembok! Saat gue udah masuk ke toilet, kebingungan selanjutnya adalah nutup pintu toiletnya. Gue tarik pintunya, kok keras. Mas-mas itu datang lagi, dan ngajarin gue menutup pintunya, yang ternyata pake tombol. Astaga ini toilet apa lift sih?! Maklum, biasanya cuma naik Argo Parahyangan ke Bandung :(
|
Di toilet, bukan lift |
Pengalaman gue di destinasi yang paling gue nantikan ini kurang sempurna karena faktor cuaca. Gue bertekad, suatu hari nanti gue akan ke Amanohashidate lagi untuk menikmati sepenuhnya! Keinginan gue untuk sepedaan keliling pulau dan ke Ine no Funaya belum terwujud. One day, my friend.
(Read my full story HERE)
No comments: