Fangirl Day in Osaka: Ikuno Korea Town and Tower Records

Rak serba 1000 yen di Ikuno
Niat ngeblog gue mulai mampet. Antara malas dan nggak mau semua curhatan tentang Jepang ini berakhir dan gue merasa nggak ada lagi yang gue nantikan. Huks!

Mari lanjutkan.

Di hari keenam, gue berpindah kota ke Osaka. Rencananya, pagi sebelum ke Osaka gue akan ke Kyoto Imperial Palace dulu, karena lokasinya yang tepat di samping hostel gue. Bodohnya, gue nggak cek jadwalnya. Saat lihat TripAdvisor, ternyata Kyoto Imperial Palace tutup di hari Senin. Oke. Tarik selimut lagi sambil nunggu waktu check out.

Di Osaka, gue menginap di Sun Village Tamatsukuri yang berjarak beberapa ratus meter dari Stasiun JR Tamatsukuri. Saat gue datang, petugas front desknya ramah banget! Gue dibolehin check in dua jam lebih awal dari seharusnya. Gue juga dikasih bunk bed bagian bawah sesuai permintaan gue. Saat lihat paspor gue, mas itu, yang lupa gue tanyakan namanya, langsung menyapa dalam bahasa Indonesia. "Apa kabar?" Kemudian dia cerita, sebulan yang lalu dia liburan di Bali! Hostel ini nggak sebesar yang gue tempatin di Kyoto dan lokasinya di gedung apartemen gitu. Kali ini gue mendapatkan pengalaman baru. Saat ditunjukkan kasur gue, ternyata linennya harus pasang sendiri. Okelah gue udah jago pasang sprei dan sarung bantal. Nah, yang ribet itu pasang sarung selimut. Gue baru tahu kalo di Jepang, selimutnya itu ada sarungnya juga. Kalau ada yang bantuin pasang mungkin akan lebih mudah, tapi karena gue sendirian dan selimut itu besar, jadi... yaudah heboh sendiri. Saat check out, ini semua lepas sendiri lagi dan taruh di keranjang masing-masing yang tersedia.

Handuk muka, handuk badan, sarung bantal, sarung selimut, sprei
Setelah kehebohan pasang sarung selimut, gue langsung jalan kaki ke Ikuno Korea Town di daerah Tsuruhashi yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari hostel. Ikuno Korea Town adalah pemukiman keturunan orang Korea terbesar di Jepang. Belum bisa ke Korea, minimal ke Korea Town dulu yes. 

Baru ingat foto saat udah mulai tutup
Tiba di Ikuno, jiwa fangirl gue bergelora, berasa disambut para oppa! Kawasan ini penuh toko yang jualan pernak-pernik K-pop, juga restoran dan kedai jajanan khas Korea. Gue nih anaknya males belanja, tapi di sini, there goes all my money. Gue diporotin oppa. Gue mampir di sebuah toko CD dan di toko itu ada rak khusus CD dan DVD obral. Cuma 1000 yen guys! Aku kesetanan! Semuanya original kok, tapi memang rilisan lama. Lumayan, gue beli satu CD FT Island dan satu DVD CNBLUE. Gue juga kalap beli pin idol bentuk lightstick. Awalnya sih cuma beli WINNER, EXO dan Monsta X, tapi gue merasa nggak adil. Jadinya yaudah sekalian borong Block B, iKON, dll. Di kawasan ini ada beberapa speaker yang memutar lagu-lagu K-pop, gue jadi pengen joget. Buat penggemar K-pop dan K-drama, kawasan ini berasa surga di Bumi. Untungnya gue cuma ngiler beli CD dan pin kecil, nggak sampai lightstick. Bisa jatuh miskin! Di Ikuno, gue menyadari, kemampuan Bahasa Korea gue ternyata lebih bagus daripada Bahasa Jepang gue. Gue banyak cek ombak pake Bahasa Korea di sini, karena biasanya ibu-bapak-kakek-nenek penjual masih berbahasa Korea.


Setiap beli CD, biasanya dikasih bonus poster atau foto. Nah, karena gue beli CD EXO, gue dikasih foto EXO yang sungguh mengiris hati. EXO-M! Sorenya, saat gue balik lagi ke toko ini dan beli pernak-pernik lagi, bu kasirnya nanya ke gue dalam Bahasa Jepang, yang gue nggak tahu artinya, tapi gue tahu maksudnya apa. Mau foto siapa. "CNBLUE wa WINNER joahaeyo." (Saya suka CNBLUE dan WINNER). "CNBLUE obsseoyo," (CNBLUE nggak ada.) kata ibu itu. Akhirnya gue dikasih foto WINNER, yang lagi-lagi membuat hati perih. WINNER zaman masih ada Nam Taehyun. Gue kemudian lanjut keluar-masuk toko pernak-pernik K-pop.

EXO-M. Hati berdarah
Soal makanan, andaikan gue suka kimchi atau makanan tradisional khas Korea lain, mungkin gue akan bahagia banget. Sayangnya gue norak. Jadi gue cuma jajan corndog isi mozarella dan ayam goreng berbumbu, sambil berdiri di pojokan dekat vending machine dan tong sampah, plus lagu-lagu K-pop di speaker. 

Isi tenaga habis diporotin oppa
Matahari mulai terbenam, toko-toko mulai tutup. Gue memutuskan untuk pergi ke tempat lain. Saat jalan kaki menuju stasiun, ada toko K-pop besar banget, dan gue mampir lagi. Belanja CD lagi. Bokek lagi. Di toko ini jual banyak pernak-pernik official berbagai grup idola. Gue naksir banget liontin permata Lay EXO, tapi untungnya mahal, gue tahu diri.

Gue memutuskan untuk ke daerah Namba, entah mau ngapain. Gue memang nggak punya tujuan pasti untuk di Osaka. Tiba di Stasiun Namba, gue nitip barang-barang di loker dan melanjutkan perjalanan tanpa arah. Di jalanan utama, ada gedung Tower Records, toko musik tersohor di Jepang.

Bagian musiknya ada dua lantai; Musik Asia di lantai 5, musik Barat di lantai 6.
Sebelum mulai
Gue ingin kalap, tapi malaikat berbisik, "Jangan sok kaya!" Di bagian pojok lantai lima, orang-orang ngumpul. Ternyata bakal ada band yang tampil. Wah bahagianya gue bisa nonton penampilan band Jepang gratisan, langsung di negaranya pula!

Jadwal penampilan di Tower Records Namba
Band yang tampil bernama Dramatic Alaska. Mereka akustikan dan musiknya asyik! Mereka juga sering ngobrol sama penonton, tapi gue nggak ngerti. Huks! Saat mereka tampil, ingin rasanya gue heboh dan lompat-lompatan. Namun sayang, penonton lain nggak ada yang heboh. Mereka hanya tepuk tangan sambil mengayunkan kepala. Yang motret atau merekam pun nggak ada, jadi gue pun nggak enak buat ngeluarin kamera. Setelah tampil, ada sesi fan signing. Ingin rasanya gue ikutan, tapi karena harus beli CD mereka yang seharga 3000 yen, gue hanya bisa menatap dari pojokan. Kalo lihat video-video fan signing artis Korea, fans tuh rajin ngasih kado dan idolanya rajin gombal dan genit. Saat gue lihat fan signing ini, ternyata dunia musik Jepang berbeda. Artis dan fansnya lebih kalem, hanya ngobrol sebentar kemudian saling membungkuk.

Fan signing Dramatic Alaska
Setelah puas tawaf di seluruh bagian musik lantai 5 dan 6, gue memutuskan pulang. Takut merasa dirampok oleh hasrat beli CD.

Di Stasiun Namba, gue mengutuk sekaligus menertawakan diri gue. Bodoh banget! Gue lupa barang gue ada di loker sebelah mana dan Stasiun Namba itu luas banget, mungkin seluas Teluk Pucung. Hampir setengah jam gue keliling Stasiun dengan kaki dan pundak yang udah meronta ingin diistirahatkan. Akhirnya ketemu dan gue memaki diri dalam hati sepanjang perjalanan balik ke hostel.

Buat apa? Entah.
Buat apa? Entah (Part 2)
Btw, di malam pertama gue di Osaka, gue malah merindukan Kyoto. Osaka terasa terlalu ramai, semua orang terburu-buru, dan jalur keretanya ribet!

(Read my full story HERE)

No comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.