Wakayama, Kota Pesisir yang Cantik dan Sepi

Porto Europa
Prefektur Wakayama jadi destinasi terakhir gue di Jepang. Lagi-lagi bangun kesiangan,  gue hanya bisa mengunjungi Kota Wakayama, walau sebenarnya gue pengen menjelajahi Wakayama secara menyeluruh, seperti ke Shirahama/Kushimoto, area yang banyak pantainya dan ke Stasiun Kishi yang Kepala Stasiunnya adalah... seekor kucing! Next time, gue harus menginap beberapa hari di Wakayama! Gue naik kereta JR dari Stasiun Tamatsukuri ke Stasiun Tennoji untuk kemudian berlanjut ke Stasiun Wakayama. Kali ini gue pakai JR Kansai Area Pass dengan masa berlaku dua hari seharga 4.300 yen, supaya besoknya bisa gue pakai ke bandara. Kalo tiket ketengan, dari pusat kota ke bandara itu mahal! 

Untungnya gue dapat tempat duduk dan akhirnya ketiduran di kereta. Gue terbangun saat ada pengumuman kalau gerbong kereta akan dipisah di Stasiun Hineno. Gerbong 1-4 akan menuju Bandara Kansai dan gerbong 5-8 akan menuju Wakayama. Gue melihat nomor di pintu, oh ternyata gue nomor 6. Nyantai, nggak usah pindah gerbong. Gue lanjut memejamkan mata. Kemudian gue terbangun lagi saat diumumkan bahwa kereta akan berhenti di Stasiun Rinku Town dan gue sadar, gue salah gerbong. Ternyata yang harus dilihat itu nomor di layar informasi, bukan di pintu, dan gerbong yang gue naiki itu adalah gerbong nomor tiga, jadi gue kebawa ke arah Bandara Kansai. Hadeh! Gue langsung turun di Stasiun Rinku Town untuk balik lagi ke Stasiun Hineno.

Tiba di Stasiun Hineno, ternyata ada jalur langsung ke Stasiun Wakayamashi, yang justru lebih dekat untuk jalan kaki ke Wakayama Castle dibandingkan Stasiun Wakayama. Okelah gue naik kereta itu. Perjalanannya sekitar 30 menit, dan gue senyum-senyum sendiri melihat pemandangan lewat jendela. Indah banget! Pemandangannya dihias perbukitan dengan warna khas musim gugur dan berbatasan langsung sama laut. Gue udah merasa akan jatuh cinta sama Wakayama.

Sampailah gue di Stasiun Wakayamashi. Di pintu keluar, saat masukin kartu JR, gerbangnya malah tertutup. Kusedih. Gue langsung nanya ke petugas informasi, dan ternyata gerbang yang gue lewati itu gerbang stasiun Nankai, bukan JR. Bukannya nyuruh gue balik ke gerbang stasiun JR, petugas itu malah bukain gerbangnya buat gue, lengkap dengan "Douzo." (Silakan.) Astaga gue terharu! Udah dibukain gerbang, dipersilakan pula! I love Japan, ok?!

Hal pertama yang gue lakukan begitu menghirup udara Wakayama? Nyari pudding dan sandwich telur favorit di 711! Di sini gue menemukan pudding keju 711 yang enaknya bikin gue pengen tinggal di Wakayama aja! Sepertinya pudding keju ini semacam special edition, karena baru di 711 depan Stasiun Wakayamashi ini gue nemu. Btw, cheesecake 711 juga enak! Hanya dorayaki keju FamilyMart yang tak berhasil gue temukan.

Segitu sepinya
Jalan kaki 1,5 km dari Stasiun Wakayamashi menuju Wakayama Castle, gue merasakan tenangnya kota ini. Kota Wakayama cukup modern dengan jalanan yang besar dan banyak gedung perkantoran, tapi rasanya kota ini sepi! Di jalanan utama aja jarang ada mobil. Kyoto aja nggak sesepi ini loh! Di kota ini, gue hanya mengunjungi dua tempat: Wakayama Castle dan Marina City.

Wakayama Castle

Dijaga banyak burung gagak. Ada elang juga!
Untuk menuju ke kastil, kita bisa lewat jalur depan atau jalur belakang. Gue memilih jalur belakang, yang ternyata mendaki melewati hutan sepi dan naik puluhan anak tangga. Saking sepinya, otak gue penuh banyak pertanyaan, "Jangan-jangan kastil ini tutup?" "Di sini masih ada harimau nggak ya?" Yekali! 



Saat gue udah naik banyak anak tangga dan melewati jalanan menanjak, gue baru sadar kalau di bawah sana ada kebun binatang kecil. Mestinya gue eksplor bagian bawah dulu! Tapi gue udah malas turun lagi, jadi yaudah nontonin dari atas aja. Semakin dekat ke kastil, jalanan semakin menanjak dan gue mulai mencari tempat duduk. Beberapa kali gue dibalap sama kakek-nenek yang lebih kuat dari gue! Sebenarnya pendakiannya nggak begitu sulit sih, cuma mungkin guenya yang udah capek jalan kaki jutaan kilometer selama 9 hari terakhir. (Alasan!)

Kalah kuat sama nenek-nenek
Di area halaman kastil, ada viewing spot terbaik untuk memandang bangunan kastil, namanya "Former Site of Honmaru Goten", begitu tulisan di papan penjelasannya. Honmaru Goten yang asli sudah dipindahkan ke sisi lain kastil.


Momijidani dari luar
Puas dengan hanya memandangi kastil dari jauh, gue lanjut jalan ke Momijidani Garden yang letaknya di jalur depan Wakayama Castle. Tamannya nggak begitu besar, tapi cakepnya nggak nyantai woy! Gue berasa lagi di "wallpaper ponsel in real life". Saking sibuk keliling sambil menikmati keindahan taman, gue sampe lupa untuk foto-foto, jadinya cuma ada sedikit foto. Ah biarlah, kenangan keindahannya tetap tersimpan di ingatan gue.


Hai cantik!
Keluar dari area Wakayama Castle, gue menuju halte bus untuk lanjut ke Marina City. Berhubung batal ke Kushimoto tapi gue ngotot ingin merasakan laut Jepang yang kalau di dorama rasanya romantis banget, gue memutuskan Marina City jadi tempat yang tepat. Di Google, hanya ada informasi rute bus dari Stasiun Wakayama/Wakayamashi ke Marina City, tapi nggak ada informasi rute dari Wakayama Castle ke Marina City, jadi gue bertanya langsung ke Pusat Informasi. Dari Wakayama Castle, naiklah bus nomor 121 (bukan Mayasari ke Cikarang ya!) yang tujuan akhirnya memang Marina City.

Marina City


Perhentian bus Marina City
Sekitar 30 menit dari Wakayama Castle, tibalah gue di Marina City yang nggak terasa Jepangnya. Memasuki kawasan Marina, mulai banyak bangunan khas Eropa beserta parkiran yacht. Di area Marina ini ada Kuroshio Fish Market untuk jajan makanan khas Jepang, Porto Europa Theme Park dan Kuroshio Onsen. Gue hanya sempat masuk ke Porto Europa.


Theme park with a view
Porto Europa adalah taman hiburan yang bertema Eropa. (What else?!) Masuk ke Porto Europa ini gratis, kita hanya wajib bayar kalau mau naik wahana permainannya. Untuk merasakan suasana yang berbeda di Jepang, Porto Europa ini oke banget! Nggak begitu rame pula, mungkin karena saat itu bukan akhir pekan. Menyusuri lorong-lorong di theme park ini, gue berasa beneran lagi di Eropa, padahal sih gue belum pernah ke Eropa. Wk.




Asyiknya, di setiap spot utama, ada tiang yang disediakan buat meletakkan hp, jadi kita tinggal atur timer (Gue sih pake Samsung S Pen. Bukan iklan. Cuma mau nyombong.) buat foto-foto dengan latar cantiknya Porto Europa. Tempat ini tutup jam 4 sore. Kemudian Rima ngasih tahu kalo tempat ini adalah salah satu lokasi syuting Fullmetal Alchemist, filmnya Yamada Ryosuke. Ah andai gue tahu sejak awal, gue akan menyusuri Porto Europa dengan lebih saksama, mencari sisa-sisa DNA dek Yamada!


Sungguh memahami hasrat netijen

Atapnya lucu mb?
Hp ketinggalan mb!

Keluar dari Porto Europa tepat pukul 4 saat pengunjung disuruh pulang takut dicariin mama, gue masih harus menunggu bus sekitar setengah jam. Untuk ke Stasiun Wakayama, kita bisa naik bus #42 atau #121. Gue pikir tanggunglah, matahari terbenam sekitar satu jam lagi, jadi gue menghabiskan waktu untuk duduk di pinggir laut menunggu pemandangan matahari terbenam sambil mendengarkan suara burung gagak, lengkap dengan musik tradisional Jepang dari speaker sebuah restoran di dekat situ. Sayangnya nggak ada suara deburan ombak, karena emang nggak ada ombak. Kurang niichan juga. Romantisnya berkurang!


Mellow di pinggir laut
Sambil menikmati pemandangan dengan suasana yang begitu tenang, banyak pikiran yang berpacu di otak gue, minta dipikirin duluan. Gue mengingat kilas balik perjalanan gue selama 9 hari ini. Gue mengingat masa-masa norak gue berkhayal ke Jepang. Gue berpikir, "Bakal bisa ke sini lagi nggak ya?" Sampai akhirnya... gue nangis. Kurang lebay apa coba?! Antara terlalu bahagia impian gue ke Jepang bisa tercapai atau sedih karena harus berpisah dengan Jepang. Atau mungkin memang hanya terbawa suasana. Untung nangisnya cakep kayak menang Indonesian Idol.

Imma tell you a secret. Setiap melihat jam dan ternyata itu menunjukkan tepat pukul 11:11 (bukan tanggal harbolnas!), gue selalu mengucapkan permintaan dalam hati. "Gue mau ke Jepang," ucap gue. Walau nggak percaya takhayul, tetap gue lakukan aja sebagai hipnotis diri. Akhirnya itu terwujud. Okay, that's no longer a secret. Kini gue harus mengucapkan kalimat hipnotis lain.

Kenangan gue di Jepang terlalu indah. Saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, gue merasa seperti terbangun dari tidur, dan yang gue alami beberapa hari sebelumnya itu hanya mimpi. See you, Japan!

(Read my full story HERE)

No comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.