Fushimi Inari yang Ngehits, Kota Uji yang Romantis dan Gion yang Misterius

Fushimi Inari
Niat ngeblog gue ternyata belum mampet untuk menceritakan hari kedua gue di Jepang. Hari kedua ini gue habiskan di Fushimi Inari Taisha dan Kota Uji, karena rute kereta yang sejalur, lengkap dengan Gion di malam hari.

FUSHIMI INARI TAISHA


Foto wajib di Torii Gates
Awalnya gue berencana berangkat sebelum matahari terbit ke Fushimi Inari supaya nggak terlalu ramai, tapi rencana yang indah ini kalah sama kemageran menghadapi udara dingin. Kemageran gue ini tak terlalu bermudarat, karena saat tiba di Fushimi Inari sekitar jam 8 pagi, ternyata tempat itu belum begitu ramai. Silakan lihat info-info soal Fushimi Inari di artikel lain di internet, ya.

Pagi di Fushimi Inari
Ini udara dingin pagi pertama gue di Jepang, lengkap dengan napas beruap yang membawa kenangan liburan masa kecil gue di Lembang. Dahulu, gue selalu amazed lihat napas yang beruap setiap liburan di Lembang. Lembang zaman dahulu memang belum sepanas kini. Kelihatan 'kan, sejak kecil gue udah norak? Wk.

Fushimi Inari terletak tepat di depan stasiun JR Inari, jadi tinggal nyeberang aja tuh bersama ratusan orang lain. Waktu gue baru sampai, sedang ada ritual di sebelah kuil utama, tapi pengunjung dilarang memotret ritual itu. 

Sebuah halaman tersembunyi di samping kuil
Seperti yang mungkin kalian sudah tahu, atraksi utama Fushimi Inari adalah ribuan Torii Gates mulai dari belakang gedung utama menuju Gunung Inari. Torii Gates itu adalah sumbangan orang-orang, baik secara pribadi, kelompok maupun perusahaan. Di awal jalur Torii Gates memang ramai banget, tapi terus aja jalan. Semakin jauh kita jalan ngikutin Torii Gates, semakin sepi juga tempatnya, jadi bagus untuk berfoto ria. Damai banget rasanya berjalan di bawah Torii Gates di tengah hutan, ditemani suara burung gagak. Di Indonesia, katanya kehadiran burung gagak itu pamali. Di Jepang, gue malah senang banget dengerin suara burung gagak. Walau Torii Gates adalah atraksi utamanya, jangan lupa jelajahi taman-taman di sekitarnya yang nggak kalah cantiknya. Gue ke sana di akhir bulan November yang merupakan puncak musim gugur, daun-daun momiji udah merah, cantik banget!

KOTA UJI


Matcha memang terkenal berasal dari Jepang, tapi ternyata, pusat matcha itu adalah di Uji, kota kecil yang terletak di perbatasan Kyoto dan Nara, masih sejalur kereta dengan Fushimi Inari di JR Nara Line. Kenapa gue ke Uji? Karena gue sebagai pecinta matcha penasaran banget nyobain matcha langsung di kampung halamannya. Salah satu kuil terbesar di Uji adalah Byodoin Temple. Dari Stasiun JR Uji, kita harus jalan kaki lumayan jauh untuk ke Byodoin Temple. Untungnya jalan kaki di Jepang itu nyaman banget, nggak kayak di Jakarta yang selalu diklaksonin motor begok yang naik trotoar, jadi walau jauh, yah sekalian menikmati suasana dan meningkatkan hasrat makan makanan campuran matcha.

Everything matcha
Sebelum tiba di Byodoin Temple, kita melewati Jalan Omotesando Byodoin. I challenge you untuk nggak jajan di sepanjang jalanan ini. Pasti gagal. Jalanan ini dipenuhi kedai jajanan matcha. Mulai dari es krim dan minuman matcha, sampai takoyaki, gyoza dan ramen rasa matcha. Ada beberapa toko oleh-oleh juga yang jual camilan matcha. Di Uji ini gue baru tahu beragam jenis teh, seperti sencha, gyokura, dll. Matcha itu semacam kualitas teh tingkat dewa deh. Cara bikinnya pun nggak sembarangan.

Byodoin Temple, ada di koin 10 yen
Tiba di Byodoin Temple, gue langsung jatuh cinta. Dengan karcis seharga 600 yen, kuil ini cakep banget, dan yang terpenting, nggak begitu ramai. Bangunan utama kuilnya, Phoenix Hall, terletak di atas kolam, dan kita harus beli tiket khusus seharga 300 yen untuk masuk ke bangunan itu. Di area Byodoin Temple terdapat sebuah museum yang karcisnya udah termasuk harga karcis masuk area Byodoin Temple. Museum ini berisi artefak dan cerita sejarah kuil ini dibangun. Di setiap artefak atau ruangan museum, ada penjelasan dalam Bahasa Inggris, jadi gue nggak cengo. Pengunjung dilarang memotret isi museum ini. Waktu gue lagi di sini, banyak anak-anak SMP yang lagi study tour. Gue sebagai penonton dorama bertema kisah cinta di sekolah, langsung berpikir, "CIYEEEE MANA NIH PACARNYA?!"


Banyak ototo

Uji River
Nggak jauh dari Byodoin Temple, ada Uji River. Gue menghabiskan sore gue dengan berjalan santai di pinggir sungai ini, dan gue semakin jatuh cinta sama Uji. Kota ini romantis banget! Pinggir sungai ini, tepatnya. Saat berjalan, gue seolah-olah beratapkan pohon-pohon berdaun kuning menuju merah khas musim gugur. Banyak juga burung pelikan yang beterbangan ceria tanpa tujuan, mulai dari atas pohon, terbang keroyokan, mangkal di sungai, kemudian terbang keroyokan lagi entah ke mana. Di sekeliling kota Uji, terdapat beberapa monumen yang terinspirasi dari sastra The Tale of Genji. Beberapa bab terakhirnya berlatar di Uji, bercerita tentang kisah cinta seorang pangeran dengan seorang selir. Pantas saja kota ini terasa romantis!

Salah satu monumen The Tale of Genji
Ada kejadian bodoh saat gue mau pulang. Gue memutuskan mau ngopi lucu di sebuah kafe di persimpangan Uji River dan Byodoin Omotesando. Gue juga nggak tahu gimana ceritanya, gue malah masuk ke apotek! Dasar ogeb! Untungnya gue memang pengen beli krim jerawat, jadi sekalian aja gue beli di apotek itu biar nggak keki amat. Keluar apotek, gue baru sadar bahwa tangga untuk menuju kafe itu terletak di samping apoteknya, karena kafe itu terletak di lantai dua, tepat di atas apotek. Masih ingin beromantis ria ala dorama, gue duduk di dekat jendela dengan pemandangan Uji River dan perbukitan, sambil menikmati matahari terbenam di kota itu. Kirei!

Pemandangan lewat jendela
Kota Uji resmi menjadi salah satu tempat favorit gue selama perjalanan gue di Kansai ini.

Burung pelikan terbang keroyokan
Tantangan: coba hitung berapa kali gue menyebutkan kata "romantis".


Romantis
GION


Nggak rela waktu gue di Kyoto mubazir, gue memutuskan untuk langsung ke Gion di malam harinya. Nggak ada tujuan khusus, gue hanya ingin merasakan area hiburan di Jepang ala jadul. Jalan Gion memang penuh bar-bar tradisional dan banyak yang menampilkan aksi Geisha. Keluar stasiun, gue sempat berpikir "Abort mission!" Dingin banget gila! Namun gue nggak mau rugi. Gue tetap menyusuri gang-gang sepi di Gion. Pengen sih nyoba masuk ke salah satu bar dan nonton hiburan Geisha, tapi aku mysqyn. Harga bar-bar di Gion mahal gais! 

Gion malam itu terasa misterius, dengan bulan purnama yang sesekali tertutup awan kelabu. Gue menunggu pasukan Nobunaga mendadak datang dan menculik gue. 


Saat berjalan menuju bagian Gion yang lumayan ramai, di ujung sebuah persimpangan jalan ada sebuah kuil. Gue mencoba masuk, tapi ternyata di kuil itu lagi ada acara, jadi gue nggak berani masuk lebih dalam, cuma di halamannya aja. Kuil itu bernama Yasaka Shrine.

Halaman depan Yasaka Shrine
Suatu hari nanti, gue pengen balik ke Gion dan nonton penampilan Geisha! Semoga kucepat tajir, ya!



(Read my full story HERE)

No comments:

Theme images by latex. Powered by Blogger.