Day 1 in Bangkok: Jakarta Versi Rapi
Bangkok? Ada apa sih di sana? Sama aja kan kayak Jakarta? Cuma tempat belanja kan?
Nope.
Gue belajar banyak hal dari Bangkok. Banyak banget momen tak terlupakan dan sangat berkesan yang gue alami di Bangkok. Saking banyaknya, gue bakal berusaha nulis sedetail mungkin supaya nggak ada yang gue lupakan, makanya perjalanan gue di Bangkok akan gue bagi ke dalam beberapa bagian. Brace yourselves, guys!
Perjalanan gue ke Bangkok ini terbilang cukup mendadak, cuma karena gue pengen nonton konser CNBLUE. Saat gue curhat pengen ke Bangkok, ternyata Monde mau menemani perjalanan gue! Oh yes! Gue nggak expect banyak dari Bangkok, karena waktu liat-liat di internet, kotanya kok nggak menarik, macet, panas, sama aja kayak Jakarta. Gue juga merasa sedikit khawatir karena penduduknya nggak menggunakan Bahasa Inggris. Terserahlah, gue cuma pengen nonton CNBLUE.
Setelah transit cukup lama di Singapura, pagi selanjutnya gue bertolak dari Changi Airport menuju Don Mueang Airport pake pesawat Scoot tujuan Osaka, yang memang transit di Bangkok. Baper abis! Sejak jadi pecinta dorama waktu SMA, gue bercita-cita ke Jepang, dan gue suka banget dengerin Bahasa Jepang karena menurut gue Bahasa Jepang itu Bahasa terindah di dunia, at least versi telinga gue. Makanya setiap ada pengumuman berbahasa Jepang di pesawat, gue baper sampe berkaca-kaca. Oke. Salah fokus. Balik ke Bangkok.
Di Bangkok ada dua bandara, Don Mueang Airport yang lebih tua, jauh dari pusat kota dan biasanya untuk low-cost carrier alias pesawat murah, dan Suvarnabhumi Airport yang lebih baru yang biasanya untuk pesawat full service alias mevvah. Keluar dari pesawat, oh man Bangkok panas banget! Ini Bangkok apa Cikarang?! Sebelumnya, gue udah tau cerita orang kalo Bangkok itu panas, tapi gue takabur. "Ah Jakarta juga panas. I can manage." Pikir gue saat itu. Gue salah. Bangkok jauh lebih panas! Bandara Don Mueang ini kecil dan terasa banget suasana jadulnya. Antrean imigrasi juga panjang banget! Untungnya ada antrean khusus warga ASEAN yang nggak begitu panjang.
Keluar bandara, gue dan Monde langsung beli sim card hp untuk kami pake selama seminggu di Thailand. Kami beli provider True Move Tourist SIM seharga 299 Baht yang berisi 2,5 GB kuota internet dan pulsa 100 Baht. Di boothnya, kami cuma serahin hp dan passport (dan uang tentunya), nanti petugasnya yang atur semuanya. Btw, setelah ninggalin booth, jangan lupa cek pulsanya. Yang dijanjikan pulsa 100 Baht, pas gue cek, ternyata pulsanya cuma 45 Baht dong! Suwek!
Berhubung kami traveler pelit hemat, untuk menuju pusat kota yang jauh itu, kami anti naik taksi. Kami milih naik public bus pas di depan bandara. Tadinya antara mau naik bus A1 tujuan Stasiun BTS Mo Chit atau A2 tujuan Stasiun BTS Victory Monument yang kemudian lanjut naik BTS menuju hostel kami di Silom. Eh ternyataaaa ada bus A3 tujuan Lumphini Park yang lokasinya dekat hostel kami. Sistem pembayaran busnya sama aja kayak di Indonesia kok. Bayar ke kenek di atas bus, harganya 50 Baht. Beda jauh sama taksi yang bisa sampe 300 Baht ke daerah Silom. Ngelewatin jalan tol, gue belum merasakan liburan, karena mirip banget sama Indonesia. Gue merasa lagi di Pasteur, cuma beda tulisan dan bahasa! By the way, Bangkok masih masa berkabung sampe Oktober nanti, jadi di gedung-gedung masih banyak banget foto dan mural penghormatan untuk Mendiang Raja.
Turun di Lumphini Park, kami jalan kaki ke hostel. Seneng banget, warga Thailand lebih tertib daripada Jakarta. Lampu merah untuk pejalan kakinya beneran berfungsi, bukan cuma hiasan aja. Kendaraan juga beneran berhenti di belakang zebra cross. Kondisi jalanan agak macet, tapi hebatnya, semua kendaraan tetap di lajurnya, nggak ada yang berusaha nyelip-nyelip bikin stres kayak di Indonesia. Di sini juga gue nggak pernah dengar suara klakson loh! Salut banget sama penduduk Bangkok. Setelah tiba di hostel dan ngadem sebentar, gue langsung mengejar cinta CNBLUE ke Muang Thong Thani.
Victory Monument |
Pulang ngonser dengan perasaan berbunga-bunga dan lapar, gue ditemenin Monde ke pasar malam di Silom, dan gue makan Pad Thai seharga 50 Baht yang porsinya bikin isi perut memberontak ingin meledak. Balik ke hostel, gue disambut teman-teman baru. Ada John asal Singapura, juga Laura dan Karen asal Skotlandia. Hostel gue ini per kamar ada lima bunk bed untuk sepuluh orang. Setelah ngobrol sebentar, mereka semua, termasuk Monde, lanjut nongkrong di halaman belakang hostel sampe subuh!
Us with Karen and Laura |
Gue? Tepar. Belum tidur beneran waktu di Changi, ditambah abis ngonser, rasanya udah lemes banget, sedangkan ini masih hari pertama. Perjalanan masih panjang...
No comments: