Day 2.5 in Bangkok: Tokyo, I'm Coming!

4:00 PM
Lokasi hostel kami di Silom ini strategis banget. Selain dekat dengan stasiun BTS dan MRT, di area ini juga banyak street food! Nah, setelah keliling kuil seharian dan batal makan di Asiatique, gue dan Monde cus cari makanan di sekitaran hostel. Ternyata sepi! Nggak ada yang jualan. Setelah keliling selama satu jam, kami nggak nemu tempat makan. Akhirnya kami berakhir di... Seven Eleven. Yaelah! Katanya sih emang kalo hari Senin, nggak banyak orang yang jualan.


Eh iya, kami juga random menelusuri satu jalanan yang kelihatan rame. Sampe di jalan itu, gue berkaca-kaca. Ternyata area itu disebut Little Tokyo! Entah kenapa banyak kode agar gue cepetan ke Jepang. Jalanan ini serba Jepang, mulai dari minimarket, bar, restoran, kios, sampai... wanita penghibur. Di sini banyak banget wanita penghibur buat nemenin makan atau nemenin yang lainnya. Di restoran-restoran bahkan ada paket menu khusus, misalnya "Sexy Sushi," itu artinya lo akan makan sushi ditemani seorang wanita. Menelusuri area ini rasanya kayak beneran lagi di Tokyo, berhubung semua orang berbahasa Jepang. 

Setelah puas berkeliling "Jepang," gue dan Monde balik ke hostel. Nah, di hostel ini ada cewek yang sibuk packing sambil lempar-lempar barang dari bunk bed atas. Selama di Bangkok, gue dan Monde kalo ngomongin orang tuh enak banget rasanya, bisa di depan orangnya, pake Bahasa Indonesia, jadi mereka nggak ngerti. Bukan omongan nyinyir sih, cuma "Eh si A cakep banget ya ih gemes!" tepat di depan si A. Nah, di depan cewek ini pula, si Monde bilang "Cil, mirip Icha ya!" Yang gue balas "Iya ih si Icha sombong banget pura-pura nggak kenal!"
With Mbak Kiki
Beberapa menit kemudian, Thomas si cowok asal Belanda, nanya ke cewek itu. "Lo orang Belanda ya?" karena dia liat kartu ATM Belanda di tumpukan barang cewek itu. Ternyata cewek itu tinggal di Belanda karena suaminya orang Belanda. Liat wajah dan cara ngomongnya, gue curiga dia orang Indonesia, dan gue sedikit panik! Ternyata dia beneran asal Indonesia, dammit! Untung ngomonginnya nggak macam-macam! Mbak Kiki namanya. Kami mulai ngobrol dan ternyata satu frekuensi akan banyak hal! Belum puas ngobrol, Mbak Kiki ngajakin nongkrong di restoran Jepang di Little Tokyo. Jadilah kami berlima ke sana. Ada Mbak Kiki, gue dan Monde, ada juga Thong si host hostel asli Thailand dan Didier si cowok Belgia teman sekamar kami.

Kode keras buat ke Jepang.

I'm in Japan!
Kami ke Musashiya Thaniya, restoran bernuansa Jepang yang makin bikin baper. Di sini kami ngobrolin banyak hal yang sangat bikin pikiran gue terbuka dan sadar bahwa di dunia ini ada banyak pilihan yang bisa lo ambil.

Didier misalnya, dia udah mapan, manajer bagian sebuah perusahaan game, dikasih fasilitas apartemen mewah, mobil BMW dan segala keperluannya dibayarin kantor. Kalo lanjut sampe akhir tahun, dia akan jadi direktur. Tapi dia nggak merasa bahagia, karena dia kerja 24/7, nggak ada waktu untuk bersenang-senang. Jadi dia memutuskan resign dan travelling. Dia udah tinggal di Thailand selama 1,5 tahun loh! 

Ada Thong yang prinsipnya "nikmati apa yang ada sekarang." Intinya, dia ingin hidup sebaik dan semenyenangkan mungkin. Karena itulah dia betah kerja di The Cube Hostel.

Mbak Kiki? Idolaquh! Dia paham betul apa yang dia mau. Dia kerja keras dan nabung supaya bisa ke luar negeri, sampe akhirnya bisa ketemu jodoh dan tinggal di Belanda. 

Orang-orang yang gue temui semuanya berjiwa free. Mereka benar-benar menikmati hidupnya, yang selalu bikin gue kagum. Gue anaknya nggak ngejar karier, kehidupan percintaan, atau apapun. Gue selalu mau bebas dan menikmati hidup kayak gitu. Lah jadi curhat. Inti pembicaraan malam itu, nikmati kehidupan lo, jangan jadi budak korporat. I'm glad I took the risk of quitting and finally be a freelancer. Monde, kapan? ;)

Dari "Jepang," kami mampir Burger King. Di daerah Silom ini banyak gay bar dan banyak pasangan gay, tapi kagumnya, no one gives a fuck! Didier cerita, kalo ada yang godain dia, bukan lagi pake colek genit atau kedip-kedip centil, tapi langsung pegang anunya! Nah, di Burger King ini, Didier nyoba "menjajakan diri," tapi ternyata dia lagi gak laku malam itu! Hahaha

Belum rela malam berakhir, juga karena itu malam terakhir Mbak Kiki di Bangkok, kami lanjut main Uno di hostel sampe jam 4 pagi! Malam kami ditutup dengan Didier yang ribut sama Thong, taruhan karena Didier bersikeras mau ngunci pintu supaya kami nggak bisa masuk ke kamar :"

Seneng ketemu teman-teman baru yang seru ini. Gue nggak merasa sendirian karena punya pemikiran yang agak aneh. Mereka juga nggak peduli kayak gimanapun diri lo, gimana gaya lo, mau gembel kek, stylish kek, semua bodo amat. Pikiran gue rasanya bebas dan lega banget, nggak perlu mikirin apa pendapat orang tentang diri gue. Seneng juga karena ternyata bersenang-senang nggak harus sambil clubbing dan mabuk-mabukan. Gue anaknya bukan anak clubbing banget! Inget waktu gue hanya berdiri awkward di sudut ruangan saat mencoba masuk club di Bali? Atau saat jalan-jalan di Bangla Road yang malah bikin gue pusing? I will tell you about that later.

Pengalaman di Bangkok sungguh melampaui ekspektasi gue. Perjalanan di Bangkok hampir berakhir... 

(Read: Day 2 in Bangkok: Keliling Kuil dan Asiatique Riverfront)

2 comments:

  1. Aah.. Asyikx perjalananmu.
    Punya pemikiran yang bebas tapi tetap menjalani ya dengan "sopan dan beradab". Bisa jalan sendiri itu cita2ku banget.. Tapi sepertinya susah banget dilakoni sekarang 😕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo Kk Ery gak bisa, nanti Alifah, Nadhif dan Faizah tuh yang bisa mewujudkan :D Harus dibiasain jalan sendiri, biar gak manja yes :D

      Delete

Theme images by latex. Powered by Blogger.